Kamis, 24 Mei 2012

Appendisitis


Appendisitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis dan merupakan penyakit abdomen akut yang paling sering terjadi. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik pria maupun wanita tetapi lebih sering menyerang pria berusia 10-30 tahun. Appendisitis kronis dapat terjadi akibat serangan berulang karena appendiks yang meradang tidak diangkat atau dioperasi (3)
Appendiks vermiformis merupakan sisa apeks sekum yang pada manusia fungsinya tidak diketahui. Appendiks berupa tabung panjang, sempit dengan ukuran sekitar 6-9 cm dimana pada appendiks ini terdapat arteria apendikularis yang merupakan end-artery. Pada posisinya yang normal, apendiks terletak pada dinding abdomen di bawah titik Mc. Burney. Titik Mc. Burney dicari dengan menarik garis dari spina iliaka superior kanan ke umbilikus. Titik tengah garis ini merupakan tempat pangkal apendiks (6)

2.1.Patofisiologi
Appendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekali, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma. Ada dua hipotesa yang diajukan :
1.         Adanya kotoran (tinja), biji-bijian lain yang terperangkap dalam lumen dan kemudian menimbulkan keradangan (obstruksi apendikuler).
2.         Hematogen dari proses infeksi di luar usus buntu (tampak serosa lebih merah dari mukosa)
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan, makin lama mukus tersebut makin banyak sedangkan elastisitas apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan tekanan intra lumen dan mengakibatkan hambatan aliran limfe sehingga terjadi edema dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut tekanan akan terus meningkat dan menyebabkan obstruksi vena karena edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul akan meluas dan akan mengenai peritonium setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif perforasi.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti gangren, stadium ini disebut apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses di atas berjalan lambat omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks sehingga timbul suatu massa fokal yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut akan menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek, apendiks lebih panjang dan dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang sehingga terjadi perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (1)
                           Gejala Klinik
Keluhan appendisitis biasanya berawal dari nyeri di daerah umbilikus atau peri umbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperbesar bila berjalan atau batuk. Terdapat juga  keluhan anoreksia dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya terdapat konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif dan dengan pemeriksaan yang teliti dapat ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Nyeri lepas dan spasme biasanya juga timbul.

2.4. Pemeriksaan penunjang
1.      Terjadi leukosit ringan (10000-20000/ml)
2.      Peningkatan neutrofil
3.      Pemeriksaan urine
Dilakukan untuk membedakan dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih.
4.      Foto polos abdomen menunjukkan adanya udara di daerah sekumi dan ilium distal (tidak mutlak dibuat kecuali untuk menyingkirkan kelainan pada ureter)

2.5. Diagnosa Banding (3,4)
1.      Golongan Gastro-Enteris
Gejala-gejala :
Ø  Sering mual dan muntah kemudian diikuti dengan rasa sakit. Sebaliknya pada appendisitis dimulai dari rasa sakit dan diikuti dengan mual dan muntah.
Ø  Demam dan leukosit akan meningkat jelas tidak sesuai dengan nyeri perut yang timbul.
Ø  Lokasi yang nyeri tidak jelas dan berpindah-pindah.
Ø  Hiperperistaltik.
Ø  Biasanya berlangsung akut
Ø  Limfadenisitis mesentrikum (jarang dan biasanya dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda). Appendisitis mesentrikum ditandai dengan gejala :
a.    Diawali dengan infeksi saluran nafas.
b.    Lokasi nyeri di perut kanan bawah tidak konstan dan menetap.
c.    Sering menyerang anak-anak.
Ø  Entero-kolitis (biasanya kronis)
Ø  Illeitis terminalis (radiologis menunjukkan sarang lebah).
2.      Kelainan organ-organ pelvis vagina.
Ø  Pecahnya folikel ovarium yang terjadi pada pertengahan siklus menstruasi.
Ø  Keradangan salfingitis, lokasi nyeri lebih rendah.
Ø  Torsi kista ovarium.
Ø  Kehamilan diluar kandungan, amenorrhoe, cairan bebas dalam rongga peritoneum dan anemia.
3.      Kelainan saluran air kemih.
Ø Batu ginjal/ureter. Nyeri berypa kholik, terutama di daerah pinggang. Sedimen urine menunjukkan kelainan dan pada BOF sering terdapat batu radiopag.
Ø Pielonefritis, dengan gejala sepsis dan adanya piuria.
4.      Kelainan lain dalam abdomen
Ø Tukak peptik
Ø Kolesistitis
Ø Pankreatitis
Ø Diverkulitis
Ø Perforasi karsinoma kolon.
5.      Penyakit-penyakit di luar abdomen.
Ø  Pneumonia
Ø  Pleuritis
Ø  Infark miokard.

2.6.Komplikasi (3,4)
1.      Mempunyai kecendrungan menjadi progresif dan mengalami perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman dilakukan dalam masa tersebut.
Tanda-tanda perforasi :
v  Nyeri meningkat.
v  Spasme otot dinding perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi.
v Demam dan leukositosis makin jelas.
2.      Terbentuk abses apendik, akan teraba di kanan bawah yang cenderung menggelembung ke arah rektum atau vagina. Appendiktomi dapat dilakukan 6-12 minggu kemudian setelah abses dihilangkan.
3.      Tromboflebitis sukuratif (merupakan komplikasi letal). Hal ini harus dicurigai bila ditemukan demam sepsis menggigil, hepatomegali dan ikterus setelah terjadi perforasi appendik. (1,2)

2.7. Penatalaksanaan
1.      Sebelum operasi
a.  Observasi.
Dalam 8 sampai 12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala seringkali belum jelas sehingga perlu observasi, disini pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah diulang secara periodik.
b.Infus larutan garam fisiologis atau ringer laktat.
c.Pemberian antibiotik profilaksis bedah sebelum tindakan appendiktomi dilakukan yaitu ampisilin 1 g IV dan metronidazol 1 g suppositoria, diberikan setelah induksi anestesi dilakukan (sekitar 1 jam pra bedah)
2.      Operasi Appendiktomi
3.      Pasca operasi
ü  Infus diteruskan dalam 24 jam sampai makan per oral dapat dimulai.
ü  Bila BU (bising usus) mulai terdengar dapat minum sedikit-sedikit (3 sendok makan per jam).
ü  Pada appendisitis akut tanpa mengalami penyulit, cukup diberikan antibiotik profilaksis Ampisilin 1 g dan Metronidazol 1g supos waktu pre medikasi. Bila sudah mengalami penyulit septik (seperti perforasi, abses) diberikan antibiotik terapeutik yaitu :
·      Ampisilin 2 x 1 g IV
·      Metronidazol 3 x 0,5 g IV atau sefalosporin generasi III 3 x 1 g IV dengan metronidazol 3 x 0,5 g IV.
ü  Penatalaksanaan gawat darurat non operasi.(1,2)

Tidak ada komentar: