Kamis, 24 Mei 2012

Fraktur


Fraktur yaitu terputusnya kontuinitas dari jaringan tulang dan tulang rawan yang biasanya disebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak. Fraktur dapat dibagi atas:
  1. Fraktur tertutup, yaitu fraktur yang tidak terdapat adanya hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
  2. Fraktur terbuka, yaitu bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya permukaan di kulit
2.2. Patofisiologi
Pada fraktur terbuka hubungan dengan dunia luar dapat terjadi karena:
-          Penyebab rudapaksa merusak kulit, jaringan hinak dan tulang.
-          Fragmen tulang merusak jaringan lunak yang luas dan menembus kulit.
Secara klinis pembagian derajat patah tulang terbuka dipakai klasifikasi menurut Gustilo dan Anderson yaitu:
o   Patah tulang derajat I: garis patah sederhana dengan luka kurang atau sama dengan 1 cm bersih.
o   Patah tulang derajat II : garis patah sederhana dengan luka > 1 cm, bersih, tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas atau terjadi flap atau avulsi.
o   Patah tulang derajat III : patah tulang yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak luas termasuk kulit, otot, syaraf, pembuluh darah. Patah tulang ini disebabkan oleh gaya dengan kecepatan tinggi.
Masalah yang berkaitan dengan patah tulang derajat III: patah tulang segmental dengan tanpa memperhatikan besarnya luka. ini terjadi oleh karena gaya kecepatan tinggi, luka tembak, gangguan neurovaskular dan amputasi traumatika. Pembagian derajat patah tulang ini sangat penting untuk rencana penanganannya dan prediksi komplikasi dan hasil penanganannya (1,3)
2.3.Gejala Klinis
Terdapat tanda-tanda patah tulang dengan luka di daerah patah tulang
2.4. Diagnosis
1. Anamnesa
Bila tidak ada riwayat trauma berarti fraktur patologis. Trauma hams diperinci kapan terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma dan posisi pasien atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Perlu diteliti kembali trauma lain secara sistematis dan kepala, muka, leher, dada dan perut.
2. Pemeriksaan Umum
Dicari kemungkinan komplikasi umum seperti stok pada fraktur multiple, fraktur pelvis, fraktur terbuka; tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka yang mengalami infeksi
3. Pemeriksaan status lokalis
Tanda-tanda klinis pada fraktur tulang panjang:
a. Look, cari apakah terdapat:
-          Deformitas, terdiri dari benjolan yang abnormal, angulasi, rotasi dan pemendekkan.
-          Functio laesa (hilangnya fungsi), misalnya pada fraktur cruris tidak dapat berjalan.
-          Lihat juga ukuran panjang tulang, bandingkan kiri dan kanan.
b. Feel, apakah terdapat nyeri tekan. Pemeriksaan nyeri sumbu tidak dilakukan lagi karena akan menambah trauma.
c. Move, untuk mencari:
-          Krepitasi, tetras bila fraktur digerakkan. Pemeriksaan ini sebaiknya tidak dilakukan karena akan menambah trauma.
-          Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun gerakan pasif
-          Seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakkan-gerakkan yang tidak mampu dilakukan, range of motion (derajat dari ruang lingkup gerakan sendi) dan kekuatan.
d. Pemeriksaan Penunjang
Foto sinar X daerah fraktur yang diambil dalam beberapa bidang pandangan (1,3)
2.5. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dapat berupa komplikasi dini atau lambat, lokal atau sistemik, oleh trauma atau pengobatan. Komplikasi yang terjadi akibat fraktur antara lain:
  1. Shock-rasa nyeri yang timbul pada fraktur yang baru terjadi terutama bila pengangkutan sepanjang perjalanan disertai pembidaian yang kurang baik selalu akan menimbulkan keadaan shock neurologik.
  2. Luka-luka yang terjadi bersamaan
  3. Crush syndrome.
  4. Embol lemma.
  5. Trombosis venosa.
  6. Emboli pulmonam.
  7. Kerusakan syaraf.
  8. Kerusakan epiphyseal.
  9. Kerusakan tendon
  10. Komplikasi-komplikasi pada kulit 1,3
2.6. Penatalaksanaan
  1. Harus ditegakkan dan ditangani lebih dahulu akibat trauma bersamaan yang membahayakan jiwa. Untuk itu penting untuk melakukan pemeriksaan jalan nafas (airway), proses pernafasan (breathing), dan sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak
  2. Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat bedah.
Dengan terbuka barter jaringan lunak, maka patah tulang tersebut terancam untuk terjadinya infeksi. Seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah tulang terbuka, luka yang terjadi masih dalam stadium kontaminasi (golden periode) dan setelah waktu tersebut, luka berubah menjadi luka infeksi. Oleh karena itu penanganan patah tulang terbuka harus dilakukan sebelum golden periode terlampaui agar sasaran akhir penanganan patah tulang terbuka tercapai walaupun ditinjau dan segi prioritas penanganannya, tulang secara primer menempati urutan prioritas ke-6. Sasaran akhir yang dimaksud adalah:
mencegah sepsis, penyembuhan tulang dan pulihnya fungsi.
  1. Pemberian antibiotika yang tepat.
Mikroba yang ada dalam luka pada patah tulang terbuka sangat bervariasi, tergantung dimana patah tulang itu terjadi. Pemberian antibiotik yang tepat sukar untuk ditentukan, hanya saja sebagai pemikiran dasar, sebaiknya antibiotika dengan spektrum luas, untuk kuman gram positif maupun gram negatif.
  1. Debridemen dan irigasi sempurna.
Debridemen untuk membuang semua jaringan mati pada daerah patah tulang terbuka, baik berupa benda asing maupun jaringan lokal yang mati. Irigasi untuk mengurangi kepadatan kuman dengan cara mencuci luka dengan larutan fisiologis dalam jumlah banyak baik dengan tekanan maupun tanpa tekanan.
  1. Stabilisasi.
Untuk penyembuhan luka dan tulang, sangat diperlukan stabilisasi fragmen tulang. Cara stabilisasi tulang tergantung pada derajat patah tulang terbuka dan fasilitas yang ada. Pada derajat III, dianjurkan pemasangan fiksasi luar.
  1. Penutupan luka.
Penutupan luka-luka primer dapat dipertimbangkan pada patah tulang derajat I dan II, untuk derajat III sama sekali tidak dianjurkan penutupan luka primer, hanya saja, kalau memungkinkan, tulang yang tampak diusahakan ditutup dengan jaringan lunak untuk mempertahankan hidupnya.

Tidak ada komentar: