Jumat, 04 Mei 2012

Pneumonia


PNEUMONIA
Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli yang dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit. Pneumonia menjadi penyebab kematian tertinggi pada balita dan bayi serta menjadi penyebab penyakit umum terbanyak. Pneumonia dapat terjadi sepanjang tahun dan dapat melanda semua usia. Manifestasi klinik menjadi sangat berat pada pasien dengan usia sangat muda, manula serta pada pasien dengan kondisi kritis.
6.1. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
6.1.1. TANDA, DIAGNOSIS & PENYEBAB
Tanda serta gejala yang lazim dijumpai pada pneumonia adalah demam, tachypnea, takikardia, batuk yang produktif, serta perubahan sputum baik dari jumlah maupun karakteristiknya. Selain itu pasien akan merasa nyeri dada seperti ditusuk pisau, inspirasi yang tertinggal pada pengamatan naik-turunnya dada sebelah kanan pada saat bernafas. Mikroorganisme penyebab pneumonia meliputi: bakteri, virus,mycoplasma, chlamydia dan jamur. Pneumonia oleh karena virus banyak dijumpai pada pasien immunocompromised, bayi dan anak. Virus-virus yang menginfeksi adalah virus saluran napas seperti RSV, Influenza type A, parainfluenza, adenovirus.
Ditinjau dari asal patogen, maka pneumonia dibagi menjadi tiga macam yang berbeda penatalaksanaannya.
1.     Community acquired pneumonia (CAP)
Merupakan pneumonia yang didapat di luar rumah sakit atau panti jompo. Patogen umum yang biasa menginfeksi adalah Streptococcus pneumonia, H. influenzae, bakteri atypical, virusinfluenza, respiratory syncytial virus (RSV).
Pada anak-anak pathogen yang biasa dijumpai sedikit berbeda yaitu adanya keterlibatan Mycoplasma pneumonia, Chlamydia pneumonia, di samping bakteripada pasien dewasa.
2.    Nosokomial Pneumonia
Merupakan pneumonia yang didapat selama pasien di rawat dirumah sakit. Patogen yang umum terlibat adalah bakteri nosokomial yang resisten terhadap antibiotika yang beredar di rumah sakit.Biasanya adalah bakteri enterik golongan gram negatif batang seperti E.coli, Klebsiella sp, Proteus sp. Pada pasien yang sudah lebih dulumendapat terapi cefalosporin generasi ke-tiga, biasanya dijumpaibakteri enterik yang lebih bandel seperti Citrobacter sp., Serratia sp.,Enterobacter sp, Pseudomonas aeruginosa merupakan pathogenyang kurang umum dijumpai, namun sering dijumpai pada pneumoniayang fulminan. Staphylococcus aureus khususnya yang resisten terhadap methicilin seringkali dijumpai pada pasien yang dirawat di ICU.
3.    Pneumonia Aspirasi
Merupakan pneumonia yang diakibatkan aspirasi sekretoro pharyngeal dan cairan lambung. Pneumonia jenis ini biasa didapatpada pasien dengan status mental terdepresi, maupun pasien dengangangguan refleks menelan. Patogen yang menginfeksi padaCommunity Acquired Aspiration Pneumoniae adalah kombinasi dariflora mulut dan flora saluran napas atas, yakni meliputi Streptococci  anaerob. Sedangkan pada Nosocomial Aspiration Pneumoniae bakteriyang lazim dijumpai campuran antara Gram negatif batang + S. aureus + anaerob
Pneumonia didiagnosis berdasarkan tanda klinik dan gejala, hasil pemeriksaan laboratorium dan mikrobiologis, evaluasi foto x-ray dada.Gambaran adanya infiltrate dari foto x-ray merupakan standar yangmemastikan diagnosis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkanadanya leukositosis dengan “shift to the left”.
Sedangkan evaluasi mikrobiologis dilaksanakan dengan memeriksa kultur sputum (hati-hati menginterpretasikan hasil kultur, karena ada kemungkinan terkontaminasidengan koloni saluran pernapasan bagian atas). Pemeriksaan mikrobiologis lainnya yang lazim dipakai adalah kultur darah, khususnya pada pasien dengan pneumonia yang fulminan, serta pemeriksaan Gas Darah Arteri(Blood Gas Arterial) yang akan menentukan keparahan dari pneumonia dan apakah perlu-tidaknya dirawat di ICU.
6.1.2. FAKTOR RISIKO
•Usia tua atau anak-anak
•Merokok
•Adanya penyakit paru yang menyerta infeksi Saluran Pernapasan yang disebabkan oleh virus
•Splenektomi (Pneumococcal Pneumonia)
•Obstruksi Bronkhial
•Immunocompromise atau mendapat obat Immunosupressiveseperti - kortikosteroid
•Perubahan kesadaran (predisposisi untuk pneumonia aspirasi)
6.1.3. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dihasilkan dari pneumonia antara lain atelektasis yang dapat terjadi selama fase akut maupun resolusi (penyembuhan). Area yang terinfeksi biasanya bersih dengan batuk dan nafas dalam,namun akan berubah menjadi fibrotik bila atelektasi menetap untuk jangka waktu yang panjang. Abses paru juga merupakan salah satu komplikasi pneumonia khususnya pada pneumonia aspirasi. Selain itu efusi pleura juga dapat terjadi akibat perubahan permeabilitas selaput paru tersebut (pleura). Infiltrasi bakteri ke dalam pleura menyebabkan infeksi sulit diatasi, sehingga memerlukan bantuan aspirasi. Komplikasi berikutnya adalah bakterimia akibat tidak teratasinya infeksi. Hal ini dapat terjadi pada 20-30% dari kasus.
6.2. RESISTENSI
Resistensi dijumpai pada pneumococcal semakin meningkat sepuluh tahun terakhir, khususnya terhadap penicillin. Meningkatnya resistensi terhadap penicillin juga diramalkan akan berdampak terhadap meningkatnya resistensi terhadap beberapa kelas antibiotika seperti cefalosporin, makrolida, tetrasiklin serta kotrimoksazol. Antibiotika yang kurang terpengaruh terhadap resistensi tersebut adalah vankomisin, fluoroquinolon, klindamisin, kloramfenikol dan rifampisin.
6.3. TERAPI
6.3.1. OUTCOME
Eradikasi mikroorganisme penyebab pneumonia, penyembuhan klinis yang paripurna.
6.3.2. TERAPI POKOK
Penatalaksanaan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sama seperti infeksi pada umumnya yaitu dengan pemberian antibiotika yang dimulai secara empiris dengan antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil kultur. Setelah bakteri pathogen diketahui, antibiotikadiubah menjadi antibiotika yang berspektrum sempit sesuai patogen.
Community-Acquired Pneumonia (CAP)
Terapi CAP dapat dilaksanakan secara rawat jalan. Namun pada kasus yang berat pasien dirawat di rumah sakit dan mendapat antibiotika parenteral.Pilihan antibiotika yang disarankan pada pasien dewasa adalah golongan makrolida atau doksisiklin atau fluoroquinolon terbaru.
Namun untuk dewasa muda yang berusia antara 17-40 tahun pilihan doksisiklin lebih dianjurkan karena mencakup mikroorganisme atypical yang mungkin menginfeksi. Untuk bakteri Streptococcus pneumoniae yang resisten terhadap penicillin direkomendasikan untuk terapi beralih ke derivate fluoroquinolon terbaru. Sedangkan untuk CAP yang disebabkan oleh aspirasi cairan lambung pilihan jatuh pada amoksisilin-klavulanat. Golongan makrolida yang dapat dipilih mulai dari eritromisin, claritromisin serta azitromisin. Eritromisin merupakan agen yang paling ekonomis, namun harus diberikan 4 kali sehari.
Azitromisin ditoleransi dengan baik, efektif dan hanya diminum satu kali sehari selama 5 hari, memberikan keuntungan bagi pasien. Sedangkan klaritromisin merupakan alternatif lain bila pasien tidak dapat menggunakan eritromisin, namun harus diberikan dua kali sehari selama 10-14 hari
Untuk terapi yang gagal dan tidak disebabkan oleh masalah kepatuhan pasien, maka disarankan untuk memilih antibiotika dengan spektrum yang lebih luas. Kegagalan terapi dimungkinkan oleh bakteri yang resisten khususnya terhadap derivat penicillin, atau gagal mengidentifikasi bakteri penyebab pneumonia. Sebagai contoh, pneumonia atypical melibatkan Mycoplasma pneumonia yang tidak dapat dicakup oleh penicillin. Beberapa pneumonia masih menunjukkan demam dan konsistensi gambaran x-ray dada karena telah terkomplikasi oleh adanya efusi pleura, empyema ataupun abses paru yang kesemuanya memerlukan penanganan infasif yaitu dengan aspirasi.
Pneumonia Nosokomial
Pemilihan antibiotika untuk pneumonia nosokomial memerlukankejelian, karena sangat dipengaruhi pola resistensi antibiotika baik in vitro maupun in vivo di rumah sakit. Sehingga antibiotika yang dapat digunakan tidak heran bila berbeda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lain. Namun secara umum antibiotika yang dapat dipilih sesuai tabel 6.1.
6.3.3. TERAPI PENDUKUNG
Terapi pendukung pada pneumonia meliputi
•Pemberian oksigen yang dilembabkan pada pasien yangmenunjukkan tanda sesak, hipoksemia.
•Bronkhodilator pada pasien dengan tanda bronkhospasme
•Fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran sputum
•Nutrisi
•Hidrasi yang cukup, bila perlu secara parenteral
•Pemberian antipiretik pada pasien dengan demam
•Nutrisi yang memadai

Tidak ada komentar: