Kamis, 24 Mei 2012

Serangan Asma Akut


Asma berarti penyempitan saluran pernafasan yang bervariasi dan terjadinya proses peradangan saluran pernafasan. Pada pernafasan normal, udara masuk melalui hidung dan mulut, kemudian melalui trakea dan masuk kedalam sistim bronkus kecil yang kompleks dan saluran yang lebih kecil. Saluran-saluran tersebut berakhir dalam kantong-kantong udara (alveoli) dimana oksigen masuk kedalam darah dan karbon dioksida dikeluarkan ­­­1,2
            Pada penderita asma, udara yang masuk melalui pernafasan sulit masuk kedalam bronkus karena jalan nafas tersebut menyempit. Penyempitan saluran nafas tersebut disebabkan kontraksi otot-otot polos saluran nafas, membengkaknya permukaan membrane dan produksi lender yang berlebihan atau kombinasi ketiga hal tersebut. Akibatnya penderita sulit bernafas dan kalaupun bernafas akan menimbulkan suara karena udara dipaksa keluar melalui saluran bronkus yang sempit.1,2,3
            Yang perlu diperhatikan pada penderita asma adalah penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan serangan yaitu aspirin dan obat anti inflamasi non steroid (NSAID) yang bisa menyebabkan bronkospasme (kejang bronkus). Karenanya penderita asma harus berhati-hati menggunakan obat analgetik (penghilang rasa sakit) seperti antalgin dan obat rematik.1,2,3
            Asma ditandai dengan gejala nafas berbunyi (mengi atau wheezing), tapi tidak semua nafas berbunyi disebabkan asma bisa juga oleh infeksi virus. Batuk atau pilek sering terjadi pada tengah malam sampai pagi hari. Sebaliknya 30% penderita asma tidak mengalami nafas berbunyi, tapi kalau diperiksa dengan stetoskop akan terdengar bunyi atau nafas panjang. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sejarah asma atau alergi dalam keluarga. Asma bisa dikontrol, sehingga gejala tidak muncul atau serangan dapat dihindarkan tapi gen asma tetap ada.1,2,3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ASMA
2.1.1. Batasan
            Asma bronkial merupakan gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktifitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas, dan gejala pernafasan (nafas berbunyi dan sesak). Obstruksi jalan nafas umumnya bersifat reversible, namun dapat menjadi kurang reversible bahkan relative non-reversibel tergantung berat dan lamanya penyakit.1,2,3,4
            Status asmatikus adalah keadaan asma yang hebat yakni pinciutan bronki menjadi lebih kuat dan bertahan lebih lama (sampai lebih 24 jam). Ciri-ciri lainnya adalah takikardia dan tidak bisa berbicara lancar (tersendat-sendat) akibat nafas tersengal-sengal.1,2,3,4
2.1.2. Patofisiologi
            Masuknya bahan allergen kedalam saluran nafas akan mengakibatkan reaksi antara allergen dengan immunoglobulin E. Terjadinya pelepasan bahan-bahan mediator dari mastosit, yang berakibat terjadinya peradangan di mukosa dan sub-mukosa bronkus sehingga timbul kontraksi otot polos bronkus. Infiltrasi sel-sel radang seperti eosinofil, netrofil dan lain-lain menimbulkan kerusakan epitel saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran meditor  dan penebalan serta edema mukosa dam sub mukosa. Terdapat hyperplasia dari kelenjer-kelenjer sel Goblet dan terjadi mokus plug dosaluran nafas.3
2.1.3. Etiologi dan Faktor Pencetus.3
1.      Etiologi
*        Faktor genetik
*        Factor lingkungan
*        Infeksi saluran nafas
*        Polusi udara
*        Bahan allergen yang dari jenisnya terdiri dari
1.      Inhalan, yang masuk melalui alat pernafasan, misalnya: debu rumah, bulu binatang.
2.      Ingestan, yang masuk melalui mulut, misalnya: makanan (susu, telur, udang , ikan), obat-obatan.
3.      Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit, misalnya: salep, logam, perhiasan, jam tangan.
2.      Faktor Pencetus
1.      Allergen
2.      Fisik
3.      Bahan kimia
4.      Infeksi
5.      Factor mekanik
6.      Factor psikis
2.1.4. Gejala klinis3
            Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Gejala-gejala asma antara lain:
*        Batuk-batuk dan sesak nafas yang disertai mengi secara mendadak dan berulang.
*        Adanya riwayat pencetus (alergi, makanan, cuaca dingin, aktivitas, emosi, infeksi virus)
*        Adanya riwayat keluarga yang asma atau alergi
*        Ditemukan tanda-tanda penyempitan bronkus secara pemeriksaan fisik dan spirometri
*        Adanya rhinitis alergi atau sinusitis dan polip hidung. Adanya tanda-tanda hiperinflamasi paru
*        Laboratorium darah: eosinofil, IgE total dan IgE spesifik meningkat.
*        Sputum: ditemukan eosinofil, spiral cursham dan kristal
*        Foto torax dalam serangkaian hiperinflasi luar serangan dapat normal
2.1.5. Pemeriksaan
1.      Pemeriksaan fisik
Kelainan pada saluran nafas atas, bronkus, torax dan kulit, dapat berupa rhinitis alergi, sinusitis, bronchitis, bronco-alveoler asma dan hiperinflasi paru.
2.      Pemeriksaan penunjang
a)      Laboratorium
§  Darah: persentase eosinofil pada hitungan jenis dan jumlah eosinofil yang meningkat, IgE spesifik
§  Analisa gas darah bila ada kecurigaan gagal nafas
§  Tinja: telur cacing
§  Dahak dan secret hidung: pemeriksaan eosinofil
b)      X-foto
§  Foto torax: untuk melihat adanya kelainan (pneumotoraks, pneumomediastinum, pneumonia)
§  Foto sinus paranasalis: bila tanda tak membaik
c)      Tes faal paru
§  Berupa obstruksi saluran nafas
d)     Tes kepekaan kulit
§  Dengan berbagai bahan allergen dapt membantu untuk menentukan etiologi pada asma tropik
e)      Tes propokasi bronkus
§  Untuk memeriksa derajat peningkatan kepekaan bronkus dengan bahan allergen, kimia, serta latihan fisik.
2.1.6. Diagnosis
1.      Anamnesa
2.      Pemeriksaan klinis
3.      Pemeriksaan laboratorium: darah (terutama eusinofil, IgE total, IgE spesifik) dan sputum
4.      Tes fungsi paru dengan spirometri flow meter untuk menentukan adanya obstruksi jalan nafas
5.      Tes provokasi bronkus, tes kepekaan kulit
6.      Diagnosa banding:
§  Obstruksi saluran nafas atas (stridor)
§  Disfungsi laring
§  Penyakit paru obstruktif menahun
§  Gagal jantung kongestif
§  Emboli paru
§  Infiltrasi eosinofil paru
§  Batuk akibat obat (β-bloker, inhibitor ACE)
2.1.7. Komplikasi
1.      Infeksi saluran nafas
2.      Atelektasis
3.      Pneumotoraks, pneumomediastinum, emfisema kutis
4.      Gagal nafas
5.      Aritmia (terutama bila sebelumnya ada kelainan jantung)
2.1.8. Penatalaksanaan5,6
tujuan terapi asma adalah:
*        Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
*        Mencegah kekambuhan
*        Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
*        Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan pekerjaan
*        Menghindari efek samping obat asma
*        Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversible
Penatalaksanaan asma terdiri dari:
1.      Penatalaksanaan umum (non farmakoterapi):
·         Penyuluhan pada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit asma, faktor penyebab serta cara menghindarinya
·         Hindari faktor pencetus (diet, obat, kebiasaan hidup, allergen)
·         Imunoterapi
·         Fisioterapi nafas, vibrsi dan atau perkusi toraks, cara batuk yang efisien
2.      Farmakoterapi
Obat-obat untuk asma dapat dibagi dua kelompok:
                         I.      Anti inflamasi
Bekerja dengan cara menghambat inflamasi jalan nafas yang mempunyai efek supresi dan profilaksis. Terdiri dari:
o   Kortikosteroid (oral, suntikan, aerosol berupa MDI)
o   Kromolin (sodium kromoglikat), nedokromil dan lainnya
                      II.      Bronkodilator
o   β2-agonis (oral, suntikan, inhalasi/MDI, nebulasi)
Obat ini mempunyai efek bronkodilator. Terbutalin, salbutamol dan feneterol memiliki lama kerja 4-6 jam, sedangkan  β2-agonis long acting bekerja lebih dari 12 jam, seperti salmeterol dan formeterol. Bentuk aerosol dan inhalasi memberikan efek bronkodilatasi yang sama dengan dosis yang jauh lebih kecil 1/10 kali dari dosis oral dan pemberian local.
o   Metil xantin
Efek bronkodilatornya berkaitan dengan konsentrasinya dalam serum. Efek samping obat ini dapat ditekan dengan penentuan kadar serum teofilin dalam pengobatan jangka panjang.
o   Anti kolinergik
Golongan ini menurunkan tonus vagus intrinsic dari saluran nafas.
2.1.9. Prognosis
Umumnya prognosis penyakit asma baik bila diagnosis, penanganan dan pencegahan dibuat sedini mungkin disertai pengobatan yang adequat. Penilaian terhadap pengobatan asma akut:
1.      Respon baik, sesak nafas hilang dan menetap selama 60 menit setelah pengobatan. Pemeriksaan fisik toraks normal. Penderita boleh pulang dengan bekal obat.
2.      Respon tidak sempurna dalam 1-2 jam, apalagi bila ada riwayat dengan resiko tinggi, maka penderita dirawat di rumah sakit dan oksigen diteruskan.
3.      Indikasi rawat ICU yaitu: analisa gas darah PCO2>45 mmHg, tidak ada respon dengan pengobatan awal, kesadaran menurun, gelisah dan mengantuk.

Tidak ada komentar: