ANEMIA
Anemia adalah suatu keadaan dimana
kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan
sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb <12
g/dl dan Ht <37 % pada wanita.
Gejala-gejala umum anemia antara
lain cepat lelah, takikardi, palpitasi, dan takipnea pada latihan fisik.
PATHOPHYSIOLOGY
1.
Kehilangan darah
·
Pendarahan
·
Phlebotomy
·
Hemodialisis
2.
Hemolisis
a. Dekstruksi intravaskular
· Defisiensi G6PP (Glukosa 6 Posfat
Dehidrogenase)
·
Reaksi transfusi hemolitik
·
Infeksi RBC (seperti : malaria
· Paroksimal hemogloburinaria (malam
hari dan pilek)
b. anemia mikroangiopati hemolitik
·
DIC
·
Hipertensi maligna
·
PTT (Purpura Trombositopenia Trombosis)
·
Sindrom uremi helitis
·
Lesi vascular
·
Kanker yang menyebar
·
Hemangiomas raksasa
·
Kehamilan disertai sidrom hipertensi
c. Dekstruksi ekstravaskular
·
Anemia hemolisis autoimun
·
Hemoglobinopati (sel sabit)
·
Kerusakan membran yang turun
temurun
·
Difisensi
enzim eritrosit
3.
Produksi
yang rendah
a. Hipokromoik
·
Difisiensi zat besi
·
Memacu keracunan
·
Anemia
dari penyakit turunan
·
Anemia sideroblastik
·
Talasemia
b. Megaloblastik
·
Difisiensi folat
·
Difisensi B 12
·
Lainnya (penyakit liver, hipotiroid,alkoholik)
c. Infiltrasi sumsum
d. Reduksi primer dalam aktivitas eritroid ( kegagalan ginjal,
endokrinopati)
e.
Gangguan sel batang
·
Anemia
aplastik
·
Leukimia
·
Sindrom myelodysplastik
·
Anemia yang tidak tersembuhkan
·
Leukimia myelomonositik
·
Gangguan myeloproliferatif
·
CML
·
Trombositosis essensial
·
Myelofibrosis dengan myeloid metaplasia
PEMBAGIAN ANEMIA
1.
Anemia mikrositik hipokrom
·
Anemia defisiensi besi
·
Anemia sel sabit
2.
Anemia makrositik
·
Defisiensi vitamin B12 (anemia
pernisiosa)
·
Defisiensi asam folat
3. Anemia
normositik
·
Anemia penyakit kronik
·
Anemia karena pendarahan
·
Anemia hemolitik
·
Anemia aplastik
ANEMIA
DEFISIENSI BESI
Kebutuhan Fe berbeda-beda tergantung
kepada lingkungan. Pada pria dewasa 1,0 mg, anak-anak 1,5 mg, wanita hamil
1,5-3 mg dan wanita menstruasi 2,0 mg. Sebab-sebab defisiensi besi antara lain:
v
Kehilangan darah kronis (misalnya ulkus
peptikum, karsinoma gaster, sekum, kolon,traktus rectum urinarius, hemoroid,
dan menoragia)
v
Kebutuhan yang meningkat (misalnya pada masa
kanak-kanak dan hamil)
v
Malabsorbsi (akibat gastrektomi, penyakit kolon)
v
Malnutrisi
v
Hemoglubinuria
v
Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada
hemisiderosis paru
Manifestasi
klinik dan diagnosa :
Selain gejala-gejala umum anemia,
defisiensi besi yang berat akan mengakibatkan perubahan kulit dan mukosa yang
progresif, seperti lidah yang halus, keilosis, dan sebagainya.didapatkan
tanda-tanda malnutrisi.
Defisiensi Fe berlangsung secara
lambat dan bertahap. Pada tahap pertama yang terjadi adalah penurunan simpanan
Fe. Terjadi anemia tetapi belum terjadi perubahan pada ukuran sel darah merah.
Feritin serum menjadi rendah, kurang dari 30 mg/l, sementara Total Iron Binding
Capacity (TIBC) serum meningkat. Setelah simpanan Fe habis, produksi sel darah
merah tetap dilakukan. Fe serum akan mulai menurun, kurang dari 30 mg/l, dan
saturasi transferin menurun hingga kurang dari 15%.
Pada tahap awal mean Corpuscular
Volume (MCV) tetap normal. Pada keadan lanjut, MCV mulai menurun dan ditemukan
gambaran sel mikrositik hipokrom. Kemudian terjadi anisositosis diikuti dengan
poikilositosis. Didapatkan sel darah merah yang mikrositik hipokrom. Tanda
patognomonik adalah tidak ditemukannya hemosiderin dalam sumsum tulang atau
serum feritin < 12 mg/l. diagnosis ditegakkan berdasarkan pembuktian keadaan
defisiensi Fe atau evaluasi dari hasil terapi suplemen Fe.
ANEMIA
SEL SABIT
Penyakit sel sabit adalah salah satu
dari hemoglobinopati sekunder karena kelainan struktur hemoglobin. Disebabkan
oleh :
v
Keadaan herediter kodominan otosom resesif,
dimana harus ada gen yang homozigot (gen abnormal yang diterima dari kedua
orangtua)
v
Adanya gangguan oksigenasi, seperti yang terjadi
sewaktu anastesi, berada pada dataran tinggi, dan menderita penyakit paru
obstruktif kronik, tapi laporan tentang keadaan ini sangat jarang.
Manifestasi
klinik dan diagnosa :
Kegagalan untuk menjadi besar dengan
normal, gangguan pertumbuhan dan perkembangan dan sering terserang infeksi
bakteri, khususnya infeksi pneumokok, tangan dan kaki bengkak, terasa sakit dan
meradang.
ANEMIA
PERNISIOSA
Anemia pernisiosa merupakan
anemia akibat defisiensi vitamin B12 yang merupakan faktor pembantu
yang penting untuk pembentukan sel darah dan diperlukan untuk sintesis DNA.
Defisiensi vitamin B12 ini menyebabkan terjadinya anemia makrositik
dengan gambaran patologis yang khas dalam sumsum tulang yang dikenal dengan
hemopoesis megaloblastik.
Defisiensi vitamin B12
bisa disebabkan oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik
terjadi karena gangguan absorbsi vitamin yang merupakan penyakit herediter
autoimun, sehingga pada pasien mungkin dijumpai penyakit-penyakit autoimun
lainnya.
Manifestasi
klinik dan diagnosa :
Didapatkan adanya anoreksia, diare,
dispepsia, lidah yang licin, pucat, dan agak ikterik. Terjadi gangguan
neurologist, biasanya dimulai dengan parestesia, lalu gangguan keseimbangan,
dan pada kasus yang berat terjadi perubahan fungus serebral, demensia, dan
perubahan neuropsikiatrik lainnya.
Sel darah merah besar-besar
(makrositik), MCV ≥ 100 fmol/l, neutrofil hipersegmentasi. Gambaran sumsum
tulang megaloblastik. Sering ditemukan dengan gastritis atrofi (dalam jangka
waktu lama dikaitkan dengan peningkatan resiko karsinoma gaster), sehingga
menyebabkan aklorhidria. Kadar vitamin B12 serum kurang dari 100
pg/ml.
ANEMIA
DEFISIENSI ASAM FOLAT
Defisiensi asam folat, komponen asam
folat diperlukan untuk sintesis DNA. Asam folat terutama terdapat dalam daging,
susu, dan daun-daun hijau. Pada umumnya defisiensi asam folat ini disebabkan :
- Malnutrisi (misalnya diet yang buruk, memasak
terlalu lama, alkoholismne)
-Malabsorbsi
-Meningkatnya permintaan (misalnya kehamilan dan
laktasi, anemia hemolitik, keganasan,dermatitis)
-Obat-obatan (misalnya antikonvulsan)
Manifestasi
klinik dan diagnosa :
Gejala dan tanda pada anemia
defisiensi asam folat sama dengan anemia defisiensi vitamin B12,
yaitu anemia megaloblastik dan perubahan megaloblastik pada mukosa, mungkin
dapat ditemukan gejala-gejala neurologist, seperti gangguan kepribadian dan
hilangnya daya ingat.
Gambaran darah seperti anemia
pernisiosa, tetapi kadar vitamin B12 serum normal dan asam folat
serum rendah, biasanya kurang dari 3 ng/ml. yang dapat memastikan diagnosis
adalah kadar folat sel darah merah kurang dari 150 ng/ml.
ANEMIA
PADA PENYAKIT KRONIK
Penyakit ini banyak dihubungkan
dengan berbagai penyakit infeksi, seperti infeksi ginjal, paru, inflamasi kronik,
seperti arthritis rheumatoid, peradangan kronis, penyakit maligna dan penyakit
lainnya. Terjadi gangguan dalam penggunaan besi secara normal, tanpa adanya
defisiensi besi sejati. Anemia sering dijumpai pada penyakit hati, penyakit ginjal
dan kelainan endokrin
Manifestasi
klinik dan diagnosa :
Berat ringannya anemia berbanding
lurus dengan aktivitas penyakit. Hematokrit biasanya berkisar antara 25-30 %,
biasanya normositik atau normokrom. Apabila disertai dengan penurunan kadar
besi dalam serum, anemia akan berbentuk hipokrom mikrositik.
Kadar feritin dalam serum normal
atau meningkat. Leukosit dan hitung jenisnya normal. Pemeriksaan sumsum tulang
biasanya normal, ditemukan hipoplasia eritropoesis dan defek dalam
hemoglobinisasi. Yang sangat karakteristik adalah berkurangnya sideroblas dalam
sumsum tulang, sedangkan deposit besi dalam Sistem Retikulum Endotelial (RES)
normal atau bertambah.
ANEMIA
KARENA PENDARAHAN
Anemia karena
pendarahan terbagi atas :
1.
Pendarahan akut
Mungkin
timbul karena renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan
kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
2.
Pendarahan kronik
Pengeluaran
darah biasanya sedikit-sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebab yang
sering antara lain ulkus peptikum, pendarahan saluran cerna karena penggunaan
analgesik, dan epistaksis. Di Indonesia sering terjadi karena infeksi cacing
tambang.
Manifestasi
klinik dan diagnosa :
Tanda-tanda hemolisis antara lain
ikterus dan splenomegali. Terjadi penurunan kadar Ht, retikulositosis,
peningkatan bilirubin indirek dalam darah dan peningkatan bilirubuin total
sampai dengan 4 mg/dl, peningkatan urobilinogen urin, dan eritropoesis
hiperaktif dalam sumsum tulang.
ANEMIA
HEMOLITIK
Pada anemia hemolitik terjadi
penurunan usia sel darah merah (normal 120 hari), baik sementara atau terus menerus.
Anemia terjadi hanya bila sumsum tulang telah tidak mampu mengatasinya karena
usia sel darah merah sangat pendek, atau bila kemampuannya terganggu oleh sebab
lain.
Penyebabnya :
v
Intrinsik
·
Kelainan membran, seperti hemoglubinuria notural
proksimal.
·
Kelainan glikolisis, seperti defisiensi piruvat
kinase
·
Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa
6-fosfat dehidrogenase.
·
Hemoglobinopati, seperti anemia sel sabit,
methemoglobinemia.
v
Ekstrinsik
·
Gangguan sistem imun, seperti pada penyakit
autoimun, keracunan obat.
·
Mikroangiopati, seperti koagulasi intravascular
disminata (KID)
·
Infeksi, seperti akibat plasmodium, klostridium,
borrelia.
·
Hipersplenisme
·
Luka bakar.
Manifestasi klinis dan diagnosa :
Anemia ini bervariasi dari yang
ringan sampai berat (mengancam jiwa). Pasien mengeluh fatig dan keluhan ini
dapat terlihat bersama dengan angina atau gagal jantung kongestif. Pada
pemeriksaan fisik, biasanya dapat ditemukan tanda-tanda hemolisis antara lain
ikterus dan splenomegali. Apabila pasien mempunyai penyakit dasar seperti LES
atau leukemia limfositik kronik, gambaran klinis penyakit tersebut dapat
terlihat.
Pemeriksaan laboratorium dapat
menemukan kadar Hb yang bervariasi dari ringan sampai berat (Ht<10%).
Retikulositosis dan sferositosis biasanya dapat terlihat pada pemeriksaan
apusan darah tepi. Pada kasus dengan hemolisis berat, penekanan pada sumsum
tulang dapat menyebabkan SDM yang terpecah-pecah. Sekitar 10% dari seluruh pasien
AIHA terjadi bersama-sama dengan immune trombositopenia (sindrom Evan). Tes
Coombs langsung menunjukan hasil positif dan tes Combs tak langsung dapat
positif atau negatif.
Anemia Hemolitik Autoimun
Merupakan
kelainan darah yang didapat, dimana antibodi IgG yang dibentuk terikat pada
membran sel darah merah. Antibodi ini umumnya berhadapan langsung dengan
komponen dasar dari sistem Rh dan sebenarnya dapat terlihat pada sel darah
merah semua orang.
Klasifikasi :
1.
Warm-antibody immunohemolytic anemia
2.
Cold antibody immunohemolytic anemia
Manifestasi
klinis :
Anemia ini
bervariasi dari yang ringan sampai berat. Pasien mengeluh fatig dan keluhan ini
dapat terlihat bersama dengan angina atau gagal jantung kongestif. Pada
pemeriksaan fisik, biasanya dapat ditemukan ikterus dan aplengomegali. Apabila
pasien mempunyai penyakit dasar seperi LES atau leukemia limfositik kronik,
gambaran klinis penyakit tersebut dapat terlihat.
ANEMIA
APLASTIK
Terjadi karena ketidaksanggupan
sumsum tulang membentuk sel-sel darah. Kematian disebabkan oleh perdarahan dan
infeksi.
Penyebab :
Penyebabnya bisa
kongenital (jarang), idiopatik (kemungkinan autoimun), LES< kemoterapi,
radioterapi, agen kimiawi (seperti benzene, toluene, insektisida, obat-obat
seperti kloramfenikol, sulfonamide, analgesic, pirazolon, antiepileptic (hidantoin),
kinakrin dan sulfonilurea), pascahepatitis disebabkan virus, kehamilan dan
hemoglubinuria paroksimal noktural.
Manifestasi
klinis dan diagnosa :
Pasien tampak pucat, lemah, mungkin
timbul demam, purpura, dan pendarahan. Terdapat pensitopenia, sumsum tulang
kosong diganti lemak, dan retikulosit menurun. Pada pasien dengan anemia
aplastik yang berat ditemukan neutrofil kurang dari 500 ml. trombosit kurang
dari 20.000 /ml, retikulosit kurang dari 1 %, dan kepadatan seluler sumsum
tulang kurang dari 20%.
PENGARUH
ANEMIA TERHADAP SISTEM SIRKULASI
Viskositas
darah hampir seluruhnya bergantung pada konsentrasi sel darah merah. Pada
anemia berat viskositas darah dapat turun hingga serendah 1,5 kali air. Padahal
normalnya kira-kira 3 kali air. Hal ini akan mengurangi tahanan terhadap aliran
darah dalam pembuluh perifer, sehingga jumlah darah yang mengalir melalui
jaringan dan kemudian kembali ke jantung menjadi jauh melebihi normal. Hipoksia
yang terjadi akibat penurunan transport oksigen oleh darah akan menyebabkan
pembuluh jaringan perifer berdilatasi yang selanjutnya meningkatkan jumlah
darah yang kembali ke jantung, sehingga meningkatkan curah jantung sampai nilai
yang lebih tinggi. Jadi salah satu efek utama dari anemia adalah meningkatkan
beban kerja jantung.
Peningkatan
curah jantung pada anemia sebagian dipakai untuk mengimbangi efek-efek anemia,
sebab walaupun tiap unit jumlah darah hanya mengangkut sedikit sekali oksigen,
namun kecepatan aliran darah dapat cukup meningkat, sehingga jumlah oksigen
yang dialirkan ke jaringan hampir mendekati normal. Namun bila penderita anemia
mulai berkuat, jantung tidak mampu memompa jumlah darah lebih banyak daripada
jumlah yang dipompa sebelumnya. Akibatnya selama berkuat dimana terjadi
peningkatan kebutuhan jaringan akan oksigen dapat timbul hipoksia jaringan yang
serius dan seringkali terjadi gagal jantung akut.
TERAPI
ANEMIA
1. Anemia
defisiensi besi
Prinsip pengobatan dengan
identifikasi dan menemukan penyebab dasar anemia.
þ Pembedahan
mungkin diperlukan untuk menghambat perdarahan aktif yang diakibatkan polip,
tukak, keganasan dan hemoroid .
þ Dilakukan perubahan diet dan pola makan. Zat
Besi sangat buruk diabsorbsi dari sayuran, telur, susu. Tetapi sangat baik
diabsorbsi dari daging, ikan dan unggas. Juice jeruk dapat meningkatkan
absorbsi besi dari keseluruhan makanan, sedangkan teh atau susu mengurangi
absorbsi hingga kurang dari setengahnya.
þ Pemberian suplemen besi baik oral atau
parentral untuk meningkatkan hemoglobin dan mengembalikan persediaan besi.
>
Pemberian parenteral ditujukan jika terjadi malabsorbsi besi atau intoleransi
dari pemakaian oral besi, pada pasien hemodyalisis atau kehilangan darah yang
berarti dimana pemberian terapi besi oral tidak memungkinkan.
þ Tranfusi darah, ini dilakukan jika nilai
hematokrit turun dibawah 30 %, terjadi penurunan secara tajam kapasitas
pengangkutan oksigen pada pasien yang lebih tua, ada pengaruh dari iskemia,
tachycardia, angina, cerebrovascular insufficiency, postural hypotension dan
prarenal azotemia.
Kegagalan
terapi yang mungkin terjadi disebabkan oleh kesalahan diagnosa, kehilangan
darah yang terus menerus, adanya keadaan yang menekan pembentukan eritrosit dan
kegagalan pasien untuk menelan dan mengabsorbsi besi oral tersebut.
2. Penyakit
sel sabit
Belum diketahui ada pengobatan yang dapat memperbaiki pembentukan sel
sabit. Terapi konservatif adalah essensial untuk menghindari faktor yang
diketahui menyebabkan krisis terutama hipoksia, pencegahan terhadap panas dan
rehidrasi sewaktu krisis. Kehamilan akan membahayakan. Dilakukan pengobatan
secara primer ditujukan untuk pencegahan dan penunjang.
þ Pencegahan infeksi dengan deteksi dini dan
pengobatan segera setiap ada infeksi dengan antibiotik dan hidrasi dengan cepat
dan dengan dosis yang besar.
þ Jika terjadi nyeri hebat dilakukan hidrasi,
analgetik dan sedatif dapat menghentikan atau mengurangi lama dan beratnya
krisis. Pasien yang tidak berespon terhadap tindakan-tindakan ini dalam 5-7
hari harus dipertimbangkan untuk tranfusi tukar parsial.
þ Diberikan suplementasi asam folat setiap hari.
þ Untuk komplikasi seperti infark dilakukan
hipertranfusi jangka panjang. Infark akut
paru-paru, ginjal dan lainnya mungkin harus diobati dengan transfusi
tukar parsial. Infark paru-paru (dan pneumonia) sangat berbahaya, karena dapat
menimbulkan hipoksia yang menyebabkan pembentukan sel sabit selanjutnya dan
dapat terjadi suatu lingkaran setan dari hipoksia lebih berat dan lebih banyak
pembentukan sel sabit. Transfusi tukar dan mempertahankan kejenuhan oksigen
setinggi mungkin penting pada pasien ini.
þ Untuk melakukan pembedahan besar dan wanita
hamil (trimester terakhir) dianjurkan untuk transfusi tukar parsial.
3. Anemia
megaloblastik
Prinsip
pengobatan dengan identifikasi dan menghilangkan penyebab dasar anemia.
þ Memperbaiki
diet.
þ Terapi
pengganti vitamin B12 dengan penggunaan oral untuk pengobatan anemia
pernisiousa dan dosis yang lebih tinggi untuk pengobatan difisiensi vitamin B12.
> Suntikan parenteral ditujukan jika anemia disebabkan
oleh malabsorbsi vitamin ini. Bila ada kelainan neurologis, suntikan IV Vitamin
B12 harus diberikan setiap 1-2 minggu selama 6 bulan.
Pemberian
awal Vitamin B12 parenteral dalam sehari adalah 800-1000 ug
cyanocobalamin atau hydroxycobalamin selama 1-2 minggu. Terapi ini dapat memenuhi
kebutuhan Vitamin B12 dalam tubuh dan menyembuhkan manifestasi
klinis dari defisiensi. Dosis dapat diturunkan sampai 100-1000 ug sekali
seminggu sampai hemoglobin dan hematokrit kembali normal.
þ Terapi
asam folat oral yang disebabkan oleh malabsorbsi atau diet yang tidak memadai.
Sumber asam folat dari makanan yaitu sayuran hijau segar dan buah terutama buah
citrus, ragi dan jamur serta organ hewan seperti ginjal dan hati.
>
Terapi awal secara oral 1-5 mg sehari. pada pasien yang mengalami masalah
absorbsi 1 mg sehari biasanya mencukupi. Terapi harus berkelanjutan selama
kira-kira 4 bulan.
>
Pemakaian jangka panjang penting untuk chronic
hemolytic state, refractory malabsorbsion, and myelofibrosis.
>
Untuk pasien jantung , terapi asam folat dosis rendah (500ug sehari) dapat
digunakan ketika penggunaan antikonvulsan mengakibatkan anemia megaloblastic
dan mungkin menghentikan pemakaian antikonvulsan.
>
Terapi pencegahan pada wanita hamil dengan diet yang tidak cukup, thalassemia
minor, dosis yang direkomendasikan adalah 200-300 ug sehari.
Kegagalan
terapi yang mungkin terjadi karena tetap adanya defisiensi yang lain (gabungan
defisiensi vitamin B12 dan zat besi) atau adanya peradangan kronis
atau kelainan lain yang menghambat pembentukan eritrosit.
4. Anemia
penyakit kronik
Pengobatan tergantung pada keberhasilan mengenali dan mengobati penyakit
yang mendasarinya. Pada evaluasi pasien dengan anemia yang tak dapat
dijelaskan, tes fungsi hati dan ginjal harus selalu dilakukan, dan tes fungsi
tirod harus dipertimbangkan. Pasien juga harus dievaluasi dengan cermat untuk
kelainan rematik yang mendasari, penyakit usus inflamatoris dan keganasan yang
tersembunyi. Apabila penyakit yang melatarbelakanginya menghilang, anemia akan
mengalami penyembuhan.
þ Pasien penyakit usus inflamatoris, Penyakit
hati kronis dan hipertiroidisme di terapi dengan zat besi , Vitamin B12
dan asam folat.
þ Pasien dengan kegagalan ginjal dapat diterapi
dengan Epoetin alfa untuk menaikan kadar hematocrit mendekati 36 %. Dosis awal
epoetin adalah 50-100 unit/kg, dimakan 3 kali seminggu. Dosis diturunkan bila
hematocrit mendekati 36 %. Epoetin alfa dapat digunakan secara IV atau
subcutan. Defisiensi besi meningkat selama terapi ini karena peningkatan level
hematocrit memungkinkan peningkatan pemakaian besi untuk membentuk hemoglobin
baru. Pemberian suplemen besi (ferrous sulfat) 325 mg pada waktu tidur, jika
pasien tidak ada respon pada suplemen oral besi maka diberikan secara
parenteral, dapat juga diberikan androgen.
þ Kecuali seperti dinyatakan diatas, pasien
dengan anemia penyakit kronik sebaiknya tidak diterapi dengan zat besi, vitamin
B12, asam folat atau hematinik lainnya, meskipun pengelolaan gizi
dianjurkan.
5. Anemia
hemolitik
Pengobatan anemia hemolisis terdiri dari mengobati penyebab dasar anemia.
Terapi berbeda-beda tergantung pada apakah anemia hemolitik autoimmune tersebut
idiopatik (primer), sekunder terhadap proses penyakit lain atau disebabkan oleh
makanan.
þ Jika mungkin, pemberian semua obat-obatan
harus dihentikan (alfa metal dopa dan penicillin merupakan dua penyebab
tersering dari anemia hemolytik autoimun yang disebabkan oleh obat-obatan)
þ
Penghindaran pengobatan yang mempercepat oxidan dan bahan kimia
pada pasien dengan kekurangan 6GDP (misalnya beberapa antimalaria dan antibiotik)
dan penghindaran stress lain seperti operasi atau infeksi.
þ
Penggunaan steroid dan agen immunosuppressive
lain pernah dilakukan pada anemia hemolytik autoimune.
þ Pemberian suplemen
asam folat setiap hari.
6. Anemia
Aplastik
Pengobatan dipusatkan pada perawatan suportif yaitu mencegah perdarahan
dan mencegah infeksi sampai terjadi penyembuhan tulang yaitu dengan transfusi
sumsum tulang dari donor yang cocok.
a.
Perawatan suportif, untuk mencegah
komplikasi dan akibat fatal dari kegagalan sumsum tulang.
þ Transfusi
eritrosit, trombosit dan transfuse granulosit.
þ Pemberian Antibiotik, pasien dengan
neutropenia berat (granulosit kurang dari 500/mm3) mempunyai resiko
tinggi untuk mengalami infeksi dan bila infeksi timbul, ia lebih mungkin untuk
serius atau fatal. Demam atau gejala baru apapun pada pasien dengan neutropenia
berat harus dianggap karena infeksi sampai terbukti lain. Pasien seperti ini
harus cepat dievaluasi, dilakukan pembiakan dan diberikan antibiotik
berspektrum luas. Bila infeksi terjadi atau dicurigai, harus dilakukan
pembiakan dan pasien mulai diberi antibiotik IV dalam dosis maksimal yang ditolerir.
Aminoglikosida ditambah dengan suatu penicillin antipseudomonas harus dipakai
untuk permulaan terapi, sebelum hasil pembiakan diketahui. jika pembiakan
positif, pemberian AB harus disesuaikan. Bila hasil pembiakan negatif, pasien
harus terus diberi AB semula selama paling sedikit 2 minggu. Demam terus
menerus pada pasien dengan hasil pembiakan yang negatif dan yang sedang
menerima AB berspektrum luas menimbulkan keraguan mengenai infeksi jamur
invasive setempat atau sistemik. Terapi antijamur empiris dengan amfoterisin B harus
diberikan setelah pasien ini menderita demam yang tidak dapat disembuhkan
selama 1-2 minggu.
b.
Tindakan spesifik, diarahkan pada usaha untuk memulihkan fungsi sumsum
tulang yang normal. Pasien harus dijauhkan dari segala kemumgkinan pemaparan dengan
obat atau zat kimia toksik. Kebanyakan pasien dengan anemia aplastik berat
perlu dirawat di rumah sakit. Setiap usaha harus dilakukan untuk mencegah
komplikasi perdarahan dan infeksi sebelum terjadi.
þ Transplantasi
sumsum tulang
þ Pemberian
androgen, berguna pada pasien dengan penyakit yang lebih ringan yang pada saat
itu masih mempunyai sejumlah kegiatan hematopoitik yang normal.
þ Terapi
eksperimental, bila penyelidikan biakan sumsum tulang invitro menunjukan suatu
penyebab imunologik untuk terjadi anemia aplastik, bentuk-bentuk terapi
tambahan harus dipertimbangkan. Kortikosteroid dengan atau obat-obat
imunosupressif sitotoksik telah dilaporkan bermanfaat pada beberapa pasien yang
terbukti menderita anemia aplastik yang cell-mediated
atau antibody-mediated
Preparat
Obat Anemia
- Ferro Fumarat, Ferro Glukonat, Ferro Sulfat
Dosis :
200 mg PO 3-4 kali
absorpsi : absorpsi di sepanjang saluran cerna, terutama pada duodenum
dan jejenum proksimal
distribusi : diangkut melalui sel mukosa saluran cerna secara
langsung kedalam darah, dengan
berikatan dengan protein pembawa, transferin
dan diangkut ke sumsum tulang untuk digunakan pada
pembentukan hemoglobin
metabolisme : besi dibebaskan lagi pada penguraian hemoglobin, dan digunakan kembali oleh tubuh
ekskresi : dikeluarkan melalui fesas, urin dan keringat
Kontra Indikasi : pada pasien dengan hemokromatosis,
hemosiderosis, anemia hemolitik dan
hipersensitif terhadap preparat besi. Pemberian
harus sangat hati hati pada pasien dengan tukak lambung, regional enteritis, ulceratif colitis dan hepatitis karena dapat mengiritasi mukosa saluran
cerna
Efek samping : mual, muntah, anoreksia, konstipasi, hemosiderosis. Peparat
cair mnyebabkan warna gigi
berubah
- Asam Folat
Dosis :
Pada
wanita hamil dan menyusui : 0,8 mg PO , SC atau
IM
Dewasa
dan anak lebih dari 4 tahun : 1 mg PO , SC atau
IM setiap hari selama 4-5
hari
Anak
dibawah 4 tahun : 0,3 mg PO , SC atau IM
Absorpsi : diabsorpsi dengan cepat pada saluran cerna terutama
bagian proksimal usus
halus
Distribusi : asam tetrahdrofolat aktif dan turunannya didistribusikan
ke seluiruh jaringan
tubuh
Metabolisme : dimetbolisme di hati menjadi asam metiltetrahidrofolat
Ekskresi : melalui urin dan sedikit melalui feses
Kontra indikasi : pada pasien dengan anemia pernisiosa,
aplastik, atau normositik.
Efek samping : ruam kulit, pruritus, alergi bronkospasme, anaphilaksis
3.
Sianokobalamin ( viatamin B12 )
Dosis : dewasa 1 mg PO setiap hari atau
20-100 mg
SC atau IM setiap hari selam 5-10 hari,
dosis pemeliharaan 100-200 mg IM setiap bulan
Anak
anak 1 mg
Posetiap hari atau 1-30 mg SC atau IM setiaphari selama 5-10 hari tergantung
keparahan defisiensi, dosis pemeliharaan 60 mg IM atau SC setiap bulan
Absorpsi : pada pemberian oral, viatmin B12
diabsorsi secara tidak beraturan
pada bagioan distal usus halus, tergantung kecukupan
faktor intrinsik dan Ca. Vitamin B12 diabsorpsi dengan cepat dari injeksi IM dan SC
Distribusi : vitamin B12
didistribusikan ke hati, sumsum tulang dan jaringan
lain termasuk plasenta
Metabolisme : vitamin B12 dimetabolisme di
hati
Ekskresi : melalui urin
Kontra indikasi : pada pasien yang hipersensitif terhadap
cobalt, vitamin B12 atau
komponen lain dalam obat
Efek samping : edema paru, trombosis pembuluh darah
perifer, gatal, urticaria, atropi saraf
mata, diare, nyeri pada tempat injeki, shock
anafilaktik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar