OTITIS MEDIA
Otitis media merupakan
inflamasi pada telinga bagian tengah dan terbagi menjadi Otitis
Media Akut, Otitis Media Efusi, dan Otitis Media Kronik. Infeksi ini banyak
menjadi problem pada bayi dan anak-anak. Otitis media mempunyai puncak
insiden pada anak usia 6 bulan-3 tahun dan diduga
penyebabnya adalah obstruksi tuba Eustachius dan sebab sekunder yaitu
menurunnya imunokompetensi pada anak.
Disfungsi tuba Eustachius berkaitan dengan adanya
infeksi saluran napas atas dan alergi. Beberapa anak yang memiliki kecenderungan
otitis akan mengalami 3-4 kali episode otitis pertahun atau otitismedia yang
terus menerus selama > 3 bulan (Otitis media kronik).
2.1. ETIOLOGI & PATOGENESIS
2.1.1. TANDA,
DIAGNOSIS & PENYEBAB Otitis media akut
Ditandai dengan adanya peradangan lokal,
otalgia, otorrhea, iritabilitas, kurang istirahat, nafsu makan turun serta
demam. Otitis media akut dapat menyebabkan nyeri, hilangnya pendengaran, demam,
leukositosis. Manifestasi otitis media pada anak-anak kurang dari 3 tahun seringkali
bersifat non-spesifik seperti iritabilitas, demam, terbangun pada malam hari,
nafsu makan turun, pilek dan tanda rhinitis, konjungtivitis.
Otitis
mediaefusi
ditandai
dengan adanya cairan di rongga telinga bagian tengah tanpadisertai tanda
peradangan akut.
otitis media
kronik
adalah
dijumpainya cairan (Otorrhea) yang purulen sehingga diperlukan drainase. Otorrhea semakin
meningkat pada saat infeksi saluran pernapasan atau setelah terekspose
air. Nyeri jarang dijumpai pada otitis kronik, kecuali pada eksaserbasi akut.
Hilangnya pendengaran disebabkan oleh
karena destruksi membrane timpani dan tulang rawan. Otitis media didiagnosis
dengan melihat membrana timpani menggunakan otoscope. Tes diagnostik lain
adalah dengan mengukur kelenturan membrane timpani dengan Tympanometer. Dari
tes ini akan tergambarkan ada tidaknya akumulasi cairan di telinga bagian
tengah. Pemeriksaan lain menggunakan X-raydan CT-scan ditujukan untuk
mengkonfirmasi adanya mastoiditis dan nekrosis tulang pada otitis maligna
ataupun kronik.
Pada kebanyakan kasus, otitis media
disebabkan oleh virus, namun sulit dibedakan etiologi antara virus atau bakteri
berdasarkan presentasi klinik maupun pemeriksaan menggunakan otoskop saja.
Otitis media akut biasanya diperparah oleh infeksi pernapasan atas yang
disebabkan oleh virus yang menyebabkan oedema pada tuba eustachius. Hal ini
berakibat pada akumulasi cairan dan mukus yang
kemudian terinfeksi oleh bakteri. Patogen yang paling umum
menginfeksi pada anak adalah Streptococcus
pneumoniae, Haemophilusinfluenzae, Moraxella catarrhalis
Otitis media kronik terbentuk
sebagai konsekuensi dari otitis media akut yang berulang,
meskipun hal ini dapat pula terjadi paska trauma atau penyakit lain. Perforasi
membrana timpani, diikuti dengan perubahan mukosa (seperti degenerasi polipoid
dan granulasi jaringan) dan tulang rawan (osteitis dansclerosis). Bakteri yang
terlibat pada infeksi kronik berbeda dengan otitis mediaakut, dimana P. aeruginosa, Proteus species, Staphylococcus
aureus, dan gabungan anaerob menjadi nyata.
2.1.2. PENULARAN DAN
FAKTOR RISIKO
Oleh karena sebagian besar otitis media
didahului oleh infeksi pernapasan atas, maka metode penularan adalah sama
seperti pada infeksi pernapasan tersebut. Faktor risiko untuk mengalami otitis
media semakin tinggi pada anak dengan “otitis-prone” yang mengalami infeksi
pernapasan atas.
2.1.3.
KOMPLIKASI
Komplikasi otitis media
meliputi:
•Mastoiditis
•Paralisis syaraf ke-7
•Thrombosis sinus lateral
•Meningitis
•Abses otak
•Labyrinthitis.
2.2. RESISTENSI
Pola resistensi terhadap H. influenzae dan M. catarrhalis
dijumpai diberbagai belahan dunia. Organisme ini memproduksi enzim β-laktamase
yang menginaktifasi antibiotika β -laktam, sehingga terapi menggunakan
amoksisilin seringkali gagal. Namun dengan penambahan inhibitor β
-laktamase ke dalam formula amoksisilin dapat mengatasi permasalahan ini
2.3. TERAPI
2.3.1.OUTCOME
Tujuan
yang ingin dicapai adalah mengurangi nyeri, eradikasi infeksi, dan mencegah
komplikasi.
2.3.2.TERAPI
POKOK
Terapi otitis media akut meliputi pemberian
antibiotika oral dan tetes bila disertai pengeluaran sekret. Lama terapi adalah
5 hari bagi pasien risiko rendah (yaitu usia > 2 th serta tidak memiliki
riwayat otitis ulangan ataupun otitis kronik) dan 10 hari bagi pasien risiko
tinggi. Rejimen antibiotika yang digunakan dibagi menjadi dua pilihan yaitu
lini pertama dan kedua. Antibiotika pada lini kedua diindikasikan bila:
·
antibiotika
pilihan pertama gagal
·
riwayat
respon yang kurang terhadap antibiotika pilihan pertama
·
hipersensitivitas
·
Organisme
resisten terhadap antibiotika pilihan pertama yangdibuktikan dengan tes
sensitifitas
·
adanya
penyakit penyerta yang mengharuskan pemilihan antibiotika pilihan kedua. Untuk
pasien dengan sekret telinga (otorrhea), maka disarankan untuk menambahkan
terapi tetes telinga ciprofloxacin atau ofloxacin. Pilihan terapi untuk otitis
media akut yang persisten yaitu otitis yang menetap 6 hari setelah menggunakan
antibiotika, adalah memulai kembali antibiotika dengan memilih antibiotika yang
berbeda dengan terapi pertama. Profilaksis bagi pasien dengan riwayat otitis
media ulangan menggunakan amoksisilin 20mg/kg satu kali sehari selama 2-6 bulan
berhasil mengurangi insiden otitis media sebesar 40-50%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar