BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Osteoarthritis
merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan. Osteoarthritis disebut
primer, bila tak diketahui penyebabnya; dan disebut sekunder bila diketahui
penyebabnya, misalnya akibat artritis rematoid, infeksi, gout, pseudogout dan
sebagainya. Penyakit ini bersifat progresif lambat, umumnya terjadi pada usia
lanjut, walaupun usia bukan satu-satunya faktor risiko. Osteoarthritis
menyerang terutama sendi tangan atausendi penyokong berat badan termasuk sendi
lutut. Sendi lutut merupakan sendi penopang berat badan yang sering terkena
osteoarthritis. Osteoarthritis sendi lutut ditandai oleh nyeri pada pergerakan
yang hilang bila istirahat, kaku sendi terutama setelah istirahat latna atau
bangun tidur, krepitasi dan dapat disertai sinovitis dengan atau tanpa efusi
cairan sendi. Bila pasien hanya bersifat pasif, tidak melakukan latihan, dapat
terjadi atrofi otot yang akan memperburuk stabilitas dan fungsi sendi. Akibat
lain ialah genu varum atau genu valgus dan subluksasi, terutama bila telah
terjadi kekenduran ligamen. Umumnya penderita OA lutut datang berobat karena
rasa nyeri lutut yang mengganggu aktifitas sehari-hari. Gangguan tersebut
bertingkat-tingkat, dan mulai keluhan yang paling ringan yang tidak mengganggu
aktifitas sehari-hari, sampai yang paling berat sehingga pasien tidak bisa
berjalan. Kelainan ini bersifat progresif lambat dan sampai saat ini masih
tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Osteoartritis ini akan semakin
memburuk seiring waktu dan belum ada pengobatan yang dianggap mampu menangani
penurunan fungsi tulang ini. Pengobatan yang ada hanya untuk mengurangi nyeri
yang terjadi dan menjaga aktifitas saja. Osteoarthritis dapat dikategorikan
menjadi salah satu penyakit yang dikaitkan dengan geriartri. Penyakit lain yang
termasuk dalam kategori ini adalah osteoporosis yang prevalensinya lebih tinggi
pada wanita, terutama pascamenopause. Hilangnya hormon estrogen pascamenopause
meningkatkan risiko terkena osteoporosis
BAB
II
ISI
A.DEFENISI
Osteoartritis (Artritis
Degeneratif, Penyakit Sendi Degeneratif) adalah suatu penyakit sendi
menahun yang ditandai dengan adanya kemunduran pada tulang rawan (kartilago)
sendi dan tulang di dekatnya, yang bisa menyebabkan nyeri sendi dan kekakuan.
Osteoartritis
juga dikenal dengan nama osteoartrosis, yaitu melemahnya tulang rawan pada
engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya,
penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul. Penyakit
ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun.Bisa
terjadi pada pria dan
wanita, tetapi pria bisa
terkena pada usia yang
lebih muda.
Penyakit ini merupakan
peradangan pada sendi yang disebabkan rapuhnya kapsul sendi, sehingga merusak
lapisan tulang rawan yang menutup permukaan ujung-ujung tulang. Umumnya
menyerang sendi-sendi penopang tubuh, seperti lutut, pinggul, tulang belakang.
Osteoartritis umumnya menyerang usia lanjut. Pada sebagian penderita tidak
sampai parah. Pada sendi, suatu jaringan tulang rawan yang biasa disebut dengan
nama kartilago biasanya menutup ujung-ujung tulang penyusun sendi. Suatu lapisan
cairan yang disebut cairan sinovial terletak
di antara tulang-tulang tersebut dan bertindak sebagai bahan pelumas yang
mencegah ujung-ujung tulang tersebut bergesekan dan saling mengikis satu sama
lain.
semakin tipis
dan pada akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri.
B. PATOFISIOLOGI
Ø Pada
awal osteoartitis,kandungan air pada kortigo meningkat,kemungkinan sebagai
kerusakan jaringan kolagen yang tidak mampu mendesak proteoglikan dan
selanjutnya memperoleh air.seiring perkenbangan osteoartitis ,kandunagn
proteoglikan menurun,kemungkinan melaliu kerja metalloproteinase .
Ø Perubahan
dalm komposisi glikosaminnoglikanjuga terjadi, dengan peningkatan keratin
sulfat dan penurunan kondroitin 4-sulfat terhadap kondroitin 6
–sulfat.perubahan ini dapat mengganggu interaksi kolagen proteoglikan pada kortilago . kandungan
kolagen tidak berubah sampai penyakit menjadi parah. Peningkatan dalam sintesis
kolagen dan perubahan distribusi dan diameter serat dapat terlihat
Ø Peningkatan
aktivitas metabolik yang ditandai peningkatan sintesa metric yang dikontrol
oleh kondrosit ,diangap suatu respon perbaikan terhadap kerusakan . Bagaimana
pun ,jika berlanjut menjadi hilangnya proteoglikan , merefleksikan kahilangan
netto sebagai proses degradasi yang lebih cepat daripada sintesisnya.
Ø Tulang
subkondral yang berdekatan dengan kartilago artikular juga mengalami pergantian
tulang yang labih cepat . dengan peningkatan osteoklas dan osteoblas
Ø Fibrilasi
Robeknya kartilago yang tidak
mengandung kalsium , mengekpos sebahagian tulang sehingga menyebabkan
mikrofraktur pada tulang subkondral. Selanjutnya kartilago tererosi ,
meninggalkan tulang subkondral yang menjadi garnul dan menjadi padat, halus ,
dan berkilau.
Ø Mikrofraktur
berakibat pada produksi callus dan osteosit
Tulang
baru (osteofit) terbentuk pada tepi sendi, jauh dari daerah destruksi
kartilago. Osteofit merupakan usaha untuk menstabilkan sendi daripada satu
aspek yang didestruksi dari osteoartitis.
Ø Inflamasi
Secara klinis sebagai
sionovis terjadi dan dapat diakibatkan dari pelepasan mediator inflamasi
seperti prostaglandin dari kondrosot
C.
MANIFESTASI KLINIK
Ø Prevelensi
dan keparahan osteoartitis meningkat seiring usia. Faktor resiko yang potensial
meliputi :
-
Obesitas
-
Penggunaan berulang
melalui pekerjaan atau aktifitas diwaktu luang
-
Trauma persendian
-
Hereditas
Ø Persentasi
klinis tergantung pada durasi dan keparahan penyaakit serta jumlah sendi yang
dipengaruhi.
Ø Sendi
yang paling umum dipengaruhi adalah sendi interfalageal distal, proksimal pada
tangan, sendi karpometakapral (CMC) pertama, lutut, pinggul, tulang belakang servik
dan lumbar, dan sendi metatersofalangeal (MTP) pertama pada jari kaki.
Ø Selain
rasa sakit keterbatasan pergerakan, kekakuan, crepitus, dan deformitas dapat
pula terjadi.
Ø Kekakuan
sendi berlangsung kurang dari 30 menit dan sembuh dengan bergerak.
Ø Pembesaran
sendi berhubungan dengan prolifelasi tulang atau penebalan sinovium daan kapsul
sendi. Adanya rasa hangat, kemerahan, dan sendi yang empuk mengesankan
terjadinya inflamasi sinusitis
Ø Deformitas
sendi dapat terjadi pada tahap selanjutnya sebagai akibat dari subluxusasi,
kolapsnya tulang subkondral, pembentukan tonjolan tulang atau pertumbuhan
tulang berlebih.
Ø Pemeriksaan
fisik terhadap sendi ditandai dengan pengempukan, creipitasi dan mungkin
pembesaran sendi. Nodus heberden dan bouchard secara berturut-turut merupakan
pembesaran tulang (osteofit) dari sendi DIP dan PIP.
D.PENYEBAB
Osteoartitis biasanya bermula dari
kelainan pada sel-sel yang membentuk komponen tulang rawan, seperti kolagen
(serabut protein yang kuat pada jaringan ikat), dan proteoglikan (bahan yang
membentuk daya lenting pada tulang rawan). Akibat dari kelainan pada sel-sel
tersebut, tulang rawan akhirnya menipis dan membentuk retakan-retakan pada
permukaan sendi. Rongga kecil akan terbentuk di dalam sumsum dari tulang di
bawah tulang rawan tersebut, sehingga tulang yang bersangkutan menjadi rapuh.
Tubuh kita akan berusaha untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Tetapi perbaikan
yang dilakukan oleh tubuh mungkin tidak memadai, mengakibatkan timbulnya
benjolan pada pinggiran sendi (osteofit) yang terasa nyeri.
Pada akhirnya permukaan tulang rawan
akan berubah menjadi kasar dan berlubang-lubang sehingga sendi tidak lagi bisa
bergerak secara halus. Semua komponen yang ada pada sendi (tulang, kapsul
sendi, jaringan sinovial, tendon, dan tulang rawan) mengalami kegagalan dan
terjadi kekakuan sendi.
Penyebab pasti dari terjadinya semua
kelainan ini sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti.
E.
GEJALA
v Gejala pada osteoarthritis timbul
secara bertahap
v Awalnya kelainan berupa nyeri dan
kekakuan pada sendi
v Sendi-sendi jari tangan, pangkal ibu
jari, leher, punggung sebelah bawah, jari kaki yang besar, panggul dan lutut
adalah bagian yang paling sering terkena osteoarthritis
v Nyeri dapat bersifat ringan, sedang,
atau berat hingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari
v Bila penyakit berlanjut maka makin
lama sendi akan makin sulit untuk digerakkan dan pada akhirnya akan terhenti
pada posisi tertekuk.
v Pertumbuhan baru dari tulang rawan
dan jaringan lainya dapat menyebabkan membesarnya sendi, dan tulang rawan yang
permukaanya kasar akan menyebabkan timbulnya suara gemeretak pada saat sendi
digerakkan
v Pada beberapa sendi, ligamen (yang
mengelilingi dan menyokong sendi) dapat teregang sehingga sendi menjadi tidak
stabil. Menyentuh atau menggerakkan sendi ini bisa menyebabkan nyeri yang
hebat.
v Osteoartritis yang terjadi pada
sendi-sendi di leher atau punggung dapat menimbulkan gejala mati rasa,
kesemutan, nyeri dan kelemahan pada lengan atau tungkai, jika pertumbuhan
tulang berlebihan menekan persarafan yang ada di sekitarnya.
v Nyeri
pada engsel dan sambungan tulang selama atau sesudah digerakkan atau setelah
lama tidak bergerak/tidak aktif.
v Ngilu
pada engsel saat mengangkat beban ringan.
v Kaku
pada engsel saat bangun tidur atau setelah lama tidak bergerak.
v Kehilangan
fleksibilitas yang membuat sulit menggerakkan engsel.
v Pada
beberapa kasus terjadi pembengkakan.
F. FAKTOR RESIKO
faktor risiko yang memungkinkan
seseorang untuk menderita osteoartritis, yaitu:
- Umur
Kemungkinan seseorang mengidap
osteoartritis makin bertambah seiring dengan bertambahnya usia seseorang.
- Berat
badan
Makin tinggi berat badan seseorang,
makin besar kemungkinan seseorang untuk menderita osteoartritis. Hal ini
disebabkan karena seiring dengan bertambahnya berat badan seseorang, beban yang
diterima oleh sendi pada tubuh makin besar.
- Trauma
pada sendi atau penggunaan sendi secara berlebihan
Orang-orang yang pekerjaanya
berhubungan dengan aktivitas yang membutuhkan pengulangan gerakan secara terus
menerus, seperti atlet, operator mesin, mempunyai risiko tinggi untuk menderita
osteoartritis.
- Kelemahan
pada otot
Kelemahan pada otot-otot di
sekeliling sendi dapat menyebabkan terjadinya osteoartritis.
·
Penyakit lain yang dapat mengganggu fungsi dan struktur
normal pada tulang rawan seperti rematoid artritis, hemokromatosis, gout,
akromegali, dan sebagainya
·
Adanya stress pada sendi yang berkepanjangan,misalnya pada
olahragawan.
·
Adanya kristal pada cairan sendi atau tulang .
·
Densitas tulang yang tinggi
·
Neurophaty perifer
·
faktor lainnya : ras, keturunan dan metabolik.
H.
JENIS-JENIS Osteo Artritis
- OA Primer
- Penyebab tak diketahui, akibat
proses penuaan alami.
- Dialami setelah usia 45 tahun
- Penyebabnya tidak diketahui
penyebab secara pasti, menyerang perlahan tapi pasti, dan dapat mengenai
banyak sendi.
- Biasanya mengenai sendi lutut
dan panggul, bisa juga sendi lain seperti punggung dan jari-jari.
- OA Sekunder
- Dialami sebelum usia 45 tahun
- penyebab trauma (instability)
yang menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang atau permukaan
sendi tidak sejajar), akibat sendi yang longgar dan pembedahan pada
sendi.
- Penyebab lain adalah faktor
genetik dan penyakit metabolik.
I
.EPIDEMIOLOGI
Osteoartritis
merupakan penyakit rematik sendi yang paling banyak mengenai terutama pada
orang-orang diatas 50 tahun. Di atas 85% orang berusia 65 tahun menggambarkan
osteoarthritis pada gambaran x-ray, meskipun hanya 35%-50% hanya mengalami
gejala. Umur di bawah 45 tahun prevalensi terjadinya Osteoarthritis lebih
banyak terjadi pada pria sedangkan pada umur 55 tahun lebih banyak terjadi pada
wanita. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
terjadinya Osteoarthritis pada obesitas, pada sendi penahan beban tubuh.
J. DIAGNOSIS
•
Röntgen
tulang ( sinar X )
Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui kerusakan atau
perubahan-perubahan yang terjadi pada tulang rawan atau tulang yang
mengindikasikan adanya osteoartritis.
•
MRI (Magnetic
Resonance Imaging)
Pada MRI dapat pula dilihat kelainan-kelainan yang
terjadi pada tulang rawan dan tulang dengan detail yang lebih baik daripada
pemeriksaan röntgen tulang.
•
Aspirasi sendi (arthrocentesis)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sedikit
cairan yang ada di dalam sendi untuk diperiksa di laboratorium berkenaan dengan
adanya kelainan pada sendi.
•
Tes darah. Tes darah
akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
•
Analisa cairan engsel.
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian diketahui
apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi
•
Pengamatan dengan
kamera (artroskopi). Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan
dalan engsel tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
K.KOMPLIKASI
Penurunan fungsi tulang ini akan
berlanjut terus. Beberapa penderita bahkan mengalami penurunan fungsi yang
signifikan. Beberapa penderita akan berujung pada kehilangan kemampuan berdiri
atau berjalan.
Jika engsel tersebut sudah parah,
biasanya dokter akan menyarankan penggantian engsel dengan pembedahan. Pada
beberapa penderita yang tidak bisa melakukan pembedahan akan dilakukan terapi
nyeri/ngilu dan akan diajari cara menggunakan alat tambahan untuk mempermudah
gerakan sehari-hari
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran Radiologi :
a. Foto konvensional lutut posisi AP
Pada sebagian besar kasus radiografi pada sendi lutut yang terkena osteoartritis sudah cukup memberikan gambaran diagnostik. Gambaran radiologi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah:
- Penyempitan celah sendi akibat hilangnya kartilago
- Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral.
- Kista tulang
- Osteofit pada pinggir sendi, sentral, marginal atau periostal.
- Perubahan struktur anatomi sendi akibat hilangnya sebagian besar dari tulang rawan.
Kemudian diikuti oleh perubahan yang lambat pada tulang yaitu:
- Meningkatnya gambaran taji (spur).
- Adanya tanda destruksi kartilago.
- Meningkatnya sclerosis pada tepi sendi disertai dengan hilangnya garis normal sendi.
- Kecenderungan untuk mengadakan subluksasi.
- Perubahan bentuk osteofit dari taji menjadi lingkaran atau hilangnya bagian penting dari tulang.
b. Foto sendi interfalangeal proksimal dan distal
Tampak gambaran Nodus Heberden pada bagian dorsal sendi interfalangeal distal, sedangkan nodus Bouchard pada bagian proksimal sendi interfalangeal tangan wanita dengan osteoarthriis primer. Nodus Heberden kadang-kandang tanpa rasa nyeri dan kekakuan sendi jari-jari tangan. Pada stadium lanjut disertai dengan deviasi jari ke lateral.
c. Foto Vertebra Servikal dan Torakal-Lumbal
Tampak adanya penyempitan ruangan intervertebralis serta adanya osteofit.
Pemeriksaan Laboratorium :
a. Laju endap darah normal
b. Serum kolesterol sedikit meninggi
c. Pemeriksaan faktor reumatoid negatif
L. DIAGNOSIS BANDING
Adapun diagnosis banding dari osteoartritis yaitu :
- Penyakit sendi peradangan seperti gout, artritis bakterial atau reumatoid artritis.
- Penyakit-penyakit metabolik dan herediter yang dapat menimbulkan gambaran radiografi osteoarthritis misalnya hiperparatiroidisme.
Gambaran Radiologi :
a. Foto konvensional lutut posisi AP
Pada sebagian besar kasus radiografi pada sendi lutut yang terkena osteoartritis sudah cukup memberikan gambaran diagnostik. Gambaran radiologi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah:
- Penyempitan celah sendi akibat hilangnya kartilago
- Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral.
- Kista tulang
- Osteofit pada pinggir sendi, sentral, marginal atau periostal.
- Perubahan struktur anatomi sendi akibat hilangnya sebagian besar dari tulang rawan.
Kemudian diikuti oleh perubahan yang lambat pada tulang yaitu:
- Meningkatnya gambaran taji (spur).
- Adanya tanda destruksi kartilago.
- Meningkatnya sclerosis pada tepi sendi disertai dengan hilangnya garis normal sendi.
- Kecenderungan untuk mengadakan subluksasi.
- Perubahan bentuk osteofit dari taji menjadi lingkaran atau hilangnya bagian penting dari tulang.
b. Foto sendi interfalangeal proksimal dan distal
Tampak gambaran Nodus Heberden pada bagian dorsal sendi interfalangeal distal, sedangkan nodus Bouchard pada bagian proksimal sendi interfalangeal tangan wanita dengan osteoarthriis primer. Nodus Heberden kadang-kandang tanpa rasa nyeri dan kekakuan sendi jari-jari tangan. Pada stadium lanjut disertai dengan deviasi jari ke lateral.
c. Foto Vertebra Servikal dan Torakal-Lumbal
Tampak adanya penyempitan ruangan intervertebralis serta adanya osteofit.
Pemeriksaan Laboratorium :
a. Laju endap darah normal
b. Serum kolesterol sedikit meninggi
c. Pemeriksaan faktor reumatoid negatif
L. DIAGNOSIS BANDING
Adapun diagnosis banding dari osteoartritis yaitu :
- Penyakit sendi peradangan seperti gout, artritis bakterial atau reumatoid artritis.
- Penyakit-penyakit metabolik dan herediter yang dapat menimbulkan gambaran radiografi osteoarthritis misalnya hiperparatiroidisme.
M.
EVALUASI DIASNOSTIK
Pada umumnya diagnosis
osteoartritis didasarkan pada gabungan gejala klinik dan gambaran radiografi.
Berikut ini adalah kriteria osteoartritis sendi lutut dari Ikatan Reumatologi
Indonesia:
Berdasarkan klinis:
1) nyeri sendi lutut dan 3 dari kriteria di bawah ini:
2) krepitus saat gerakan aktif
3) kaku sendi > 50 tahun
5) pembesaran tulang sendi lutut
6) nyeri tekan tepi tulang
7) tidak teraba hangat pada sendi lutut.
Diagnosis OA jika: ditemukan nyeri sendi serta osteofit dari gambaran radiologik dan 3 dari kriteria 2-7. Sensitivitas 95% dan spesifitas 69%.
Berdasarkan klinis dan radiologis:
1) nyeri sendi dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:
2) kaku sendi > 50 tahun
4) krepitus pada gerakan sendi aktif
Diagnosis OA ditegakkan jika didapatkan butir 1 disertai osteofit pada gambaran radiologik disertai kriteria 2, 3 atau 4. Paling sedikit kriteria 2-4 harus ditemukan. Sensitivitas 91% dan spesifitas 86%.
Berdasarkan klinis dan laboratoris:
1) nyeri sendi ditambah adanya 5 dari kriteria di bawah ini:
2) usia > 50 tahun
3) kaku sendi
4) krepitus
5) nyeri tekan tepi tulang
6) pembesaran tulang
7) tidak teraba hangat pada sendi terkena
8) LED < 40 mm/jam 9) RF < 1:40 10) analisis cairan sinovium sesuai OA. Diagnosis OA ditegakkan bila ditemukan nyeri sendi lutut disertai 5 dari kriteria 2-10. Sensitivitas92% dan spesifitas 75%.
Berdasarkan klinis:
1) nyeri sendi lutut dan 3 dari kriteria di bawah ini:
2) krepitus saat gerakan aktif
3) kaku sendi > 50 tahun
5) pembesaran tulang sendi lutut
6) nyeri tekan tepi tulang
7) tidak teraba hangat pada sendi lutut.
Diagnosis OA jika: ditemukan nyeri sendi serta osteofit dari gambaran radiologik dan 3 dari kriteria 2-7. Sensitivitas 95% dan spesifitas 69%.
Berdasarkan klinis dan radiologis:
1) nyeri sendi dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:
2) kaku sendi > 50 tahun
4) krepitus pada gerakan sendi aktif
Diagnosis OA ditegakkan jika didapatkan butir 1 disertai osteofit pada gambaran radiologik disertai kriteria 2, 3 atau 4. Paling sedikit kriteria 2-4 harus ditemukan. Sensitivitas 91% dan spesifitas 86%.
Berdasarkan klinis dan laboratoris:
1) nyeri sendi ditambah adanya 5 dari kriteria di bawah ini:
2) usia > 50 tahun
3) kaku sendi
4) krepitus
5) nyeri tekan tepi tulang
6) pembesaran tulang
7) tidak teraba hangat pada sendi terkena
8) LED < 40 mm/jam 9) RF < 1:40 10) analisis cairan sinovium sesuai OA. Diagnosis OA ditegakkan bila ditemukan nyeri sendi lutut disertai 5 dari kriteria 2-10. Sensitivitas92% dan spesifitas 75%.
N . PENATALAKSANAAN
Pengelolaan
osteoartritis berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang terkena) dan
berat ringannya sendi yang terkena. Pengelolaannya memerlukan penilaian sebagai
berikut:
* Penilaian terhadap sendi:
jumlah
sendi yang terkena, nyeri sendi atau periartikular, derajat kerusakan,
instabilitas, inflamasi, hambatan gerak dan disabilitas.
* Penilaian terhadap penderita:
akibat
dan beratnya nyeri, afeksi, beratnya stres, gangguan fungsi organ, komorbid,
masalah sosial-ekonomi, kualitas hidup, pengetahuan dan pandangannya terhadap
penyakit rematik.
Sedangkan
tujuan pengelolaan ditujukan pada:
-
Meredakan nyeri
-
Mengoptimalkan fungsi sendi
-
Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan kualitas hidup
-
Menghambat progrestivitas penyakit
-
Mencegah terjadinya komplikasi
O . TERAPI
1) Terapi
non fermakologi
a.Istirahat.
Jika terjadi nyeri/ngilu pada engsel dianjurkan untuk beristirahat sekurangnya 12 jam. Bergeraklah secara biasa, tapi hindari menggerakkan engsel yang sama secara berulang-ulang. Istirahatlah sekitar 10 menit setelah satu jam bergerak.
b.Olahraga.
Dengan ijin dokter, Anda dapat melakukan olah raga biasa seperti bersepeda, jalan bahkan berenang. Olah raga ini akan meningkatkan daya tahan otot sekitar engsel. Jika mulai terasa nyeri/ngilu berhenti atau istirahat.
c. Kompres.
Kompres dengan air hangat atau dingin mampu mengurangi nyeri/ngilu yang terjadi. Gunakan kompres hangat sekurangnya 20 menit sehari. Sedang kompres dingin gunakan es batu.
d. Terapi.
Terapi khusus mungkin diperlukan, agar tulang Anda dapat terpantau secara khusus sehingga peningkatan kemampuan gerak maju lebih cepat.
e. Kurangi stres engsel.
Terapis akan membantu Anda menemukan cara untuk menghindari
Jika terjadi nyeri/ngilu pada engsel dianjurkan untuk beristirahat sekurangnya 12 jam. Bergeraklah secara biasa, tapi hindari menggerakkan engsel yang sama secara berulang-ulang. Istirahatlah sekitar 10 menit setelah satu jam bergerak.
b.Olahraga.
Dengan ijin dokter, Anda dapat melakukan olah raga biasa seperti bersepeda, jalan bahkan berenang. Olah raga ini akan meningkatkan daya tahan otot sekitar engsel. Jika mulai terasa nyeri/ngilu berhenti atau istirahat.
c. Kompres.
Kompres dengan air hangat atau dingin mampu mengurangi nyeri/ngilu yang terjadi. Gunakan kompres hangat sekurangnya 20 menit sehari. Sedang kompres dingin gunakan es batu.
d. Terapi.
Terapi khusus mungkin diperlukan, agar tulang Anda dapat terpantau secara khusus sehingga peningkatan kemampuan gerak maju lebih cepat.
e. Kurangi stres engsel.
Terapis akan membantu Anda menemukan cara untuk menghindari
g.
Sepatu penyangga.
Pertimbangkanlah untuk menggunakan sepatu penyangga, yang mampu mengurangi nyeri dan menambah mobilitas Anda.
Pertimbangkanlah untuk menggunakan sepatu penyangga, yang mampu mengurangi nyeri dan menambah mobilitas Anda.
Untuk Terapi
Osteoartitis Akut Terapinya
•
Obat penghilang nyeri.
Obat semacam codein dan propoksifen dapat mengurangi nyeri pada osteoartritis
akut. Konsultasi ke dokter akan efek
samping yang mungki akan timbul.
•
Injeksi
cortisone. Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu
mengurangi nyeri/ngilu.
•
Suplementasi-visco.
Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan mengurangi nyeri
pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya
dilakukan pad osteoartritis pada lutut.
OPERASI
•
Penggantian engsel
(artroplasti). Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat lain
yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis.
•
Pembersihan sambungan
(debridemen). Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang
rusak yang mengganggu pergerakan dan menyebabkan nyeri saat pergerakan tulan.
•
Penataan tulang. Opsi
ini diambil bila artroplasti bukan pilihan seperti osteoatritis pada anak dan
remaja. Penataan ini dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima beban saat
bergerak.
2) TERAPI
FARMAKOLOGI
Tak
ada obat untuk menyembuhkan osteoartritis ini, yang ada adalah terapi untuk mengurangi
nyeri dan ngilu serta menjaga pergerakan dan aktifitas sehari-hari. Pengangkatan dan penggantian engsel merupakan pilihan
terakhir dan akan dilakukan jika semua cara terapi telah ditempuh.
ü Terapi
obat digunakan untuk penghilangan rasa sakit
ü Pendekatan
individual sangat penting
OBAT-
OBAT YANG DIGUNAKAN MELIPUTI:
Golongan AINS
o Indikasi
: rematoid dan osteoartitis nyeri ringan
dan sedang
o Kontraindikasi
: pasien dengan riwayat hipersensitifitas terhadap asetosal atau AINS lainnya,
termasuk pasien dengan serangan asma, urtikaria atau ringitis yang dipacu oleh
asetosal atau AINS lainnya.
o Peringatan
: hati-hati pada pasien usia lanjut, pada gangguan alergi, selama kehamilan dan
menyusui, dan gangguan koagulasi, pada pasien gagal ginjal, payah jantung atau gagal hati.
o Efek
samping : Rasa tidak nyaman pada saluran cerna, mual, diare, dan kadang
pendarahan dan tukak, dispepsia bisa ditekan dengan meminum obat ini bersamaan
dengan makanan.
Golongan Kortikosteroid
o Indikasi
:sebagai antiinflamasi, menekan radaang pada demam rematik.
o Kontraindikasi
: infeksi sistemik, kecuali bila diberikan antibiotika sistemik. Hindari
vaksinasi dengan virus aktif pada pasien yang menerima dosis imunosupresif.
o Efek
samping : Diabetes dan osteoporosis, nekrosis avaskular dan sindrom cusing,
dapat juga terjadi gangguan mental, euphoria dan miopati.
o Sediaan
yang beredar : dexamethason, hidrokortison, kortison, triamsolom.
Golongan Analgesik
Golongan Analgesik Non-Narkotika
- Parasetamol
o Mekanisme
kerja : menghambat sintesa prostaklandin pada SSP
o Indikasi
: Nyeri ringan sampai sedang, demam.
o Kontraindikasi
: Pasien dengan fenilketonuria dan pasien yang harus membatasi fenilalanin
o Peringatan
: pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal
- Capsaicin
o Mekanisme
kerja : suatu ekstrak dari lada merah yang menyebabkan pelepasan dan
pengosongan substansi P dari serabut saraf.
o Indikasi
: bermanfaat dalam menghilangkan rasa sakit pada OA.
o Peringatan
: pasien harus diperingatkan tidak boleh mengoleskan krim pada mata dan mulut
- Glukosamin
dan kondroitin
o Mekanisme
kerja : menguarngi penyempitan ruang sendi
o Indikasi
: merupakan suplemen makanan yang telah menunjukkan hasil superior terhadap
placebo dalam meredakan rasa sakit pada OA lutut atau pinggul.
Golongan Analgesik Narkotika
Misalnya
: Kodein, Morfin, Metadon, dan levorfanol.
Obat OA lainnya
- Injeksi
Hialuronat
Mekanisme
kerja : meningkatkan viskositas cairan synovial
Indikasi
: Menurunkan rasa sakit
Efek
samping : Pembengkakan sendi akut dan reaksi kulit local
Sediaan
yang beredar : Sodium hyaluronat
PENCEGAHAN
OA
Dengan
mengeleminir faktor predisposisi di atas. Sebagai tips, lakukan hal-hal berikut
untuk menghindari sedini mungkin anda terserang OA atau membuat OA anda tidak
kambuh yaitu dengan;
- Menjaga berat badan
- Olah raga yang tidak banyak
menggunakan persendian
- Aktifitas Olah raga sesuai
kebutuhan
- Menghindari perlukaan pada
persendian.
- Minum suplemen sendi
- Mengkonsumsi makanan sehat
- Memilih alas kaki yang tepat
dan nyaman
- Lakukan relaksasi dengan
berbagai tehnik
- Hindari gerakan yang meregangkan
sendi jari tangan.
- Jika ada deformitas pada lutut,
misalnya kaki berbentuk O, jangan dibiarkan. hal tersebut akan menyebabkan
tekanan yang tidak merata pada semua permukaan tulang.
DAFTAR PUSTAKA
Harry Isbagio, Bambang Setiyohadi. 1995.
Masalah dan Penanganan Osteoartritis Sendi
Lutut. Cermin Dunia Kedokteran no. 104 hal 8-11
Joewono Soeroso, Harry Isbagio, Handono
Kalim, dkk. 2006. Osteoartritis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FK-UI. Jakarta.
Daud, R., 1999 . Struktur dan Metabolisme Tulang Serta
Hubungannya Dengan Patogenesis Osteoporosis. Kumpulan Makalah 1st
Indonesian Course on Osteoporosis. Arya Duta, Lido Sukabumi, 3 –5 Maret 2000.
The Indonesian Rheumatism Association (IRA).
Nuhonni,
SA : Peran Rehabilitasi Medik pada Osteoporosis, 1st Indonesian Course on Osteoporosis, The Indonesian Rheumatism
Association, 3-5 Maret 2000.
Potter,
patricia A.2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan . Jakarta : EGG
Mansjoer,
Arif. Kapita Selekta Kedokteran.ed.
3. Media Aesculapius: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar