Hematemesi melena artinya muntah darah disertai dengan buang air
besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam. Hematemesis melena merupakan suatu
perdarahan yang terjadi pada saluran cerna. Perdarahan ini dapat disebabkan
karena sirosis hepatis (dengan pecahnya varises esofagus) dan gastritis.
Walaupun perdarahan ini akan berhenti sendiri, tetapi hal ini dianggap sebagai
suatu yang serius yang setiap saat dapat membahayakan pasien (1).
Perdarahan akibat
sirosis hati disebabkan oleh gangguan fungsi hati penderita, alkohol,
obat-obatan, virus hepatitis dan penyakit bilier (1, 2).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Batasan (3)
- Perdarahan saluran cerna ini terjadi disaluran makanan dari mulut sampai anus. Umumnya dibagi menjadi perdarahan saluran makanan bagian atas (SMBA) dan perdarahan saluran makanan bagian bawah (SMBB). Batas SMBA dan SMBB adalah ligamentum Treitz.
- Sirosis hati adalah suatu fase lanjutan dari penyakit hati dimana seluruh kerangka hati menjadi rusak disertai dengan bentukkan regresi nodul.
2.2. Patofisiologi
Sirosis hati dapat
menyebabkan pecahnya varises esofagus yang akan menimbulkan hematemesis melena.
Varises esofagus ini dapat menyebabkan hipertensi portal yang terjadi karena
penekanan sistem sekunder vena porta sehingga meningkatnya aliran karena kerusakan
hati. Terjadi hipertensi ini akan menimbulkan enselofati hepatik (2), dimana akan terjadinya :
- Akumulasi nitrogen didalam sel pada GI. Nitrogen ini berperan serta terhadap patogenensis portal sistemik enselofati. Akumulasi nitrogen ini belum diketahui faktor penyebabnya namun dapat diperkirakan terjadinya perubahan metabolisme GABA dan neurotransmiter octopamin (2).
- Gangguan kesadaran yang lanjut, ditandai dengan gangguan kesadaran yang berlanjut sampai koma yang dalam (koma hepatikum), berbagai saraf, perubahan psiatrik, tremor telapak tangan dan fetor heptikus (2, 3, 4, 5).
Hematemesis melena akan meningkatkan pendarahan yang nantinya dapat
menyebabkan pasien mengalami hipotensi (hingga drop), oksigen berkurang sehingga
kesadaran penderita akan menurun (suporous).
Gejala Klinis.
- Hematemesis, muntah darah berwarna merah kehitaman-hitaman meyerupai kopi.
- Melena, BAB dengan butiran hitam seperti ter, lengket bercampur dengan darah.
- Hematocheria, keluar darah merah segar dalam jumlah banyak melalui rektum.
- Perdarahan terselubung dimana warna tinja normal tetapi pada pemeriksaan kimiawi mengandung darah.
2.3. Penatalaksanaan
2.3.1. Tindakkan umum (3)
a.
Tindakan resusitasi, pemantauan
dan menjaga stabilitas hemodinamik.
b.
Tanpa syok.
*
Perdarahan kurang dari 500 cc,
infus cairan kristaloid periksa Hb, Hct,
faal hemostasis.
*
Perdarahan 500 – 1000 cc,
seperti diatas dan persiapan transfusi.
*
Perdarahan 1000 cc lebih, Hb
kurang dari 8 gr%, Hct kurang dari 30 %, infus cairan kristaloid/plasma
ekspander, tranfusi darah atau komponen darah yang sesuai, kala memungkinkan
pasang CVP.
c.
Dengan syok.
*
Letakkan penderita pada posisi
telentang tanpa bantal kepala miring kesamping, O2 3 – 5 l/menit,
pasang foley kateter untuk pemantauan produksi urine.
*
Infus cairan kristaloid 1000 cc
dalam 1 jam.
*
Bila tetap syok infus
diteruskan dengan cairan koloid/plasma ekspander, jumlah transfusi tergantung
respon hemodinamik :
Tekanan vena sentral stabil
normal, tanda vital baik, diuresis cukup, Hb > 8 gr%, Hct > 30 %.
d. Penghentian perdarahan dengan obat-obat
hemostatik (antifibriolitik), antikoagulan dan penjagan sistem
sirkulasi/metabolisme tubuh (2, 3).
2.3.2. Enselofati hepatikum (2) + (pre)koma hepatikum (1, 2, 3)
a. Atasi faktor-faktor pencetus.
*
Perdarahan à tranfusi darah.
*
Infeksi à antibiotik.
*
Alkohol à hentikan.
*
Gangguan keseimbangan
elektrolit à koreksi.
b. Diit tanpa protein.
c.
Antibiotik.
d.
Stop diuretik/pemeriksaan
elektrolit serum.
e.
Pertahankan keseimbangan kalori
cairan elektrolit.
f.
Laksatif.
Kepustakaan
1.
Mansjoer, A., Kapita Selekta Kedokteran , edisi III,
jilid I, Media Awsculapius, FK UI, Jakarta, 1999.
2.
Walker, R., and C.
Edwards, Clinical Pharmacy and Therapeutics,
3rd eds., Churchill Livingstone, London,1996.
3.
Pedoman Diagnosis dan Terapi RS M. Djamil, Buku I : Non Bedah, FK UNAND, 1997
4.
Woodley, M., dan A. Whelan, Pedoman Pengobatan, edisi I, terj., Yayasan Essentia Medica dan Andi
Offset, Yogyakarta, 1995
5.
Robbins, Dasar Patologi Penyakit, edisi 5, terj., buku saku, FK UI, Jakarta, 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar