Asma berarti penyempitan saluran pernafasan yang
bervariasi dan terjadinya proses peradangan saluran pernafasan. Pada pernafasan
normal, udara masuk melalui hidung dan mulut, kemudian melalui trakea dan masuk
kedalam sistim bronkus kecil yang kompleks dan saluran yang lebih kecil.
Saluran-saluran tersebut berakhir dalam kantong-kantong udara (alveoli) dimana
oksigen masuk kedalam darah dan karbon dioksida dikeluarkan 1,2
Pada
penderita asma, udara yang masuk melalui pernafasan sulit masuk kedalam bronkus
karena jalan nafas tersebut menyempit. Penyempitan saluran nafas tersebut
disebabkan kontraksi otot-otot polos saluran nafas, membengkaknya permukaan
membrane dan produksi lender yang berlebihan atau kombinasi ketiga hal
tersebut. Akibatnya penderita sulit bernafas dan kalaupun bernafas akan
menimbulkan suara karena udara dipaksa keluar melalui saluran bronkus yang
sempit.1,2,3
Yang
perlu diperhatikan pada penderita asma adalah penggunaan obat-obatan yang dapat
meningkatkan serangan yaitu aspirin dan obat anti inflamasi non steroid (NSAID)
yang bisa menyebabkan bronkospasme (kejang bronkus). Karenanya penderita asma
harus berhati-hati menggunakan obat analgetik (penghilang rasa sakit) seperti
antalgin dan obat rematik.1,2,3
Asma
ditandai dengan gejala nafas berbunyi (mengi atau wheezing), tapi tidak semua
nafas berbunyi disebabkan asma bisa juga oleh infeksi virus. Batuk atau pilek
sering terjadi pada tengah malam sampai pagi hari. Sebaliknya 30% penderita
asma tidak mengalami nafas berbunyi, tapi kalau diperiksa dengan stetoskop akan
terdengar bunyi atau nafas panjang. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
sejarah asma atau alergi dalam keluarga. Asma bisa dikontrol, sehingga gejala
tidak muncul atau serangan dapat dihindarkan tapi gen asma tetap ada.1,2,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ASMA
2.1.1. Batasan
Asma bronkial merupakan gangguan inflamasi
kronik saluran nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini
adalah hiperaktifitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas,
dan gejala pernafasan (nafas berbunyi dan sesak). Obstruksi jalan nafas umumnya
bersifat reversible, namun dapat menjadi kurang reversible bahkan relative non-reversibel
tergantung berat dan lamanya penyakit.1,2,3,4
Status
asmatikus adalah keadaan asma yang hebat yakni pinciutan bronki menjadi lebih
kuat dan bertahan lebih lama (sampai lebih 24 jam). Ciri-ciri lainnya adalah takikardia
dan tidak bisa berbicara lancar (tersendat-sendat) akibat nafas
tersengal-sengal.1,2,3,4
2.1.2. Patofisiologi
Masuknya bahan
allergen kedalam saluran nafas akan mengakibatkan reaksi antara allergen dengan
immunoglobulin E. Terjadinya pelepasan bahan-bahan mediator dari mastosit, yang
berakibat terjadinya peradangan di mukosa dan sub-mukosa bronkus sehingga
timbul kontraksi otot polos bronkus. Infiltrasi sel-sel radang seperti
eosinofil, netrofil dan lain-lain menimbulkan kerusakan epitel saluran nafas,
sehingga terjadi pengeluaran meditor dan
penebalan serta edema mukosa dam sub mukosa. Terdapat hyperplasia dari
kelenjer-kelenjer sel Goblet dan terjadi mokus plug dosaluran nafas.3
2.1.3. Etiologi dan Faktor
Pencetus.3
1.
Etiologi
*
Faktor genetik
*
Factor lingkungan
*
Infeksi saluran nafas
*
Polusi udara
*
Bahan allergen yang dari
jenisnya terdiri dari
1.
Inhalan, yang masuk melalui
alat pernafasan, misalnya: debu rumah, bulu binatang.
2.
Ingestan, yang masuk melalui
mulut, misalnya: makanan (susu, telur, udang , ikan), obat-obatan.
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak
dengan kulit, misalnya: salep, logam, perhiasan, jam tangan.
2.
Faktor Pencetus
1.
Allergen
2.
Fisik
3.
Bahan kimia
4.
Infeksi
5.
Factor mekanik
6.
Factor psikis
2.1.4. Gejala klinis3
Gejala yang timbul biasanya berhubungan
dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Gejala-gejala
asma antara lain:
*
Batuk-batuk dan sesak nafas
yang disertai mengi secara mendadak dan berulang.
*
Adanya riwayat pencetus
(alergi, makanan, cuaca dingin, aktivitas, emosi, infeksi virus)
*
Adanya riwayat keluarga yang
asma atau alergi
*
Ditemukan tanda-tanda
penyempitan bronkus secara pemeriksaan fisik dan spirometri
*
Adanya rhinitis alergi atau
sinusitis dan polip hidung. Adanya tanda-tanda hiperinflamasi paru
*
Laboratorium darah: eosinofil,
IgE total dan IgE spesifik meningkat.
*
Sputum: ditemukan eosinofil,
spiral cursham dan kristal
*
Foto torax dalam serangkaian
hiperinflasi luar serangan dapat normal
2.1.5. Pemeriksaan
1.
Pemeriksaan fisik
Kelainan pada saluran nafas atas, bronkus, torax dan
kulit, dapat berupa rhinitis alergi, sinusitis, bronchitis, bronco-alveoler
asma dan hiperinflasi paru.
2.
Pemeriksaan penunjang
a)
Laboratorium
§ Darah: persentase eosinofil pada hitungan jenis dan jumlah eosinofil
yang meningkat, IgE spesifik
§ Analisa gas darah bila ada kecurigaan gagal nafas
§ Tinja: telur cacing
§ Dahak dan secret hidung: pemeriksaan eosinofil
b)
X-foto
§ Foto torax: untuk melihat adanya kelainan (pneumotoraks,
pneumomediastinum, pneumonia)
§ Foto sinus paranasalis: bila tanda tak membaik
c)
Tes faal paru
§ Berupa obstruksi saluran nafas
d)
Tes kepekaan kulit
§ Dengan berbagai bahan allergen dapt membantu untuk menentukan
etiologi pada asma tropik
e)
Tes propokasi bronkus
§ Untuk memeriksa derajat peningkatan kepekaan bronkus dengan bahan allergen,
kimia, serta latihan fisik.
2.1.6. Diagnosis
1.
Anamnesa
2.
Pemeriksaan klinis
3.
Pemeriksaan laboratorium: darah
(terutama eusinofil, IgE total, IgE spesifik) dan sputum
4.
Tes fungsi paru dengan
spirometri flow meter untuk menentukan adanya obstruksi jalan nafas
5.
Tes provokasi bronkus, tes
kepekaan kulit
6.
Diagnosa banding:
§ Obstruksi saluran nafas atas (stridor)
§ Disfungsi laring
§ Penyakit paru obstruktif menahun
§ Gagal jantung kongestif
§ Emboli paru
§ Infiltrasi eosinofil paru
§ Batuk akibat obat (β-bloker, inhibitor ACE)
2.1.7. Komplikasi
1.
Infeksi saluran nafas
2.
Atelektasis
3.
Pneumotoraks,
pneumomediastinum, emfisema kutis
4.
Gagal nafas
5.
Aritmia (terutama bila
sebelumnya ada kelainan jantung)
2.1.8. Penatalaksanaan5,6
tujuan terapi asma adalah:
*
Menyembuhkan dan mengendalikan
gejala asma
*
Mencegah kekambuhan
*
Mengupayakan fungsi paru
senormal mungkin serta mempertahankannya
*
Mengupayakan aktivitas harian
pada tingkat normal termasuk melakukan pekerjaan
*
Menghindari efek samping obat
asma
*
Mencegah obstruksi jalan nafas
yang irreversible
Penatalaksanaan asma terdiri dari:
1.
Penatalaksanaan umum (non
farmakoterapi):
·
Penyuluhan pada pasien dan
keluarga pasien mengenai penyakit asma, faktor penyebab serta cara
menghindarinya
·
Hindari faktor pencetus (diet,
obat, kebiasaan hidup, allergen)
·
Imunoterapi
·
Fisioterapi nafas, vibrsi dan
atau perkusi toraks, cara batuk yang efisien
2.
Farmakoterapi
Obat-obat untuk asma dapat dibagi dua kelompok:
I.
Anti inflamasi
Bekerja dengan cara menghambat inflamasi jalan nafas
yang mempunyai efek supresi dan profilaksis. Terdiri dari:
o
Kortikosteroid (oral, suntikan,
aerosol berupa MDI)
o
Kromolin (sodium kromoglikat),
nedokromil dan lainnya
II.
Bronkodilator
o
β2-agonis (oral,
suntikan, inhalasi/MDI, nebulasi)
Obat ini mempunyai efek
bronkodilator. Terbutalin, salbutamol dan feneterol memiliki lama kerja 4-6
jam, sedangkan β2-agonis long
acting bekerja lebih dari 12 jam, seperti salmeterol dan formeterol. Bentuk
aerosol dan inhalasi memberikan efek bronkodilatasi yang sama dengan dosis yang
jauh lebih kecil 1/10 kali dari dosis oral dan pemberian local.
o
Metil xantin
Efek bronkodilatornya
berkaitan dengan konsentrasinya dalam serum. Efek samping obat ini dapat
ditekan dengan penentuan kadar serum teofilin dalam pengobatan jangka panjang.
o
Anti kolinergik
Golongan ini menurunkan tonus vagus intrinsic dari
saluran nafas.
2.1.9. Prognosis
Umumnya prognosis penyakit asma baik bila diagnosis,
penanganan dan pencegahan dibuat sedini mungkin disertai pengobatan yang adequat.
Penilaian terhadap pengobatan asma akut:
1.
Respon baik, sesak nafas hilang
dan menetap selama 60 menit setelah pengobatan. Pemeriksaan fisik toraks
normal. Penderita boleh pulang dengan bekal obat.
2.
Respon tidak sempurna dalam 1-2
jam, apalagi bila ada riwayat dengan resiko tinggi, maka penderita dirawat di
rumah sakit dan oksigen diteruskan.
3.
Indikasi rawat ICU yaitu:
analisa gas darah PCO2>45 mmHg, tidak ada respon dengan
pengobatan awal, kesadaran menurun, gelisah dan mengantuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar