PNEUMONIA
Pneumonia merupakan infeksi di ujung
bronkhiol dan alveoli yang dapat disebabkan oleh berbagai patogen
seperti bakteri, jamur, virus dan parasit. Pneumonia menjadi penyebab
kematian tertinggi pada balita dan bayi serta menjadi penyebab penyakit umum
terbanyak. Pneumonia dapat terjadi sepanjang tahun dan dapat melanda semua
usia. Manifestasi klinik menjadi sangat berat pada pasien dengan usia sangat muda,
manula serta pada pasien dengan kondisi kritis.
6.1. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
6.1.1. TANDA,
DIAGNOSIS & PENYEBAB
Tanda serta gejala yang lazim dijumpai pada
pneumonia adalah demam, tachypnea, takikardia, batuk yang produktif, serta
perubahan sputum baik dari jumlah maupun karakteristiknya. Selain itu pasien
akan merasa nyeri dada seperti ditusuk pisau, inspirasi yang tertinggal pada pengamatan
naik-turunnya dada sebelah kanan pada saat bernafas. Mikroorganisme penyebab
pneumonia meliputi: bakteri, virus,mycoplasma, chlamydia dan jamur. Pneumonia
oleh karena virus banyak dijumpai pada pasien immunocompromised, bayi dan anak.
Virus-virus yang menginfeksi adalah virus saluran napas seperti RSV, Influenza
type A, parainfluenza, adenovirus.
Ditinjau dari asal patogen, maka pneumonia
dibagi menjadi tiga macam yang berbeda penatalaksanaannya.
1.
Community acquired pneumonia (CAP)
Merupakan pneumonia yang didapat di luar
rumah sakit atau panti jompo. Patogen umum yang biasa menginfeksi adalah Streptococcus
pneumonia, H. influenzae, bakteri atypical, virusinfluenza, respiratory
syncytial virus (RSV).
Pada anak-anak pathogen yang biasa dijumpai
sedikit berbeda yaitu adanya keterlibatan Mycoplasma pneumonia, Chlamydia
pneumonia, di samping bakteripada pasien dewasa.
2.
Nosokomial Pneumonia
Merupakan pneumonia yang didapat selama
pasien di rawat dirumah sakit. Patogen yang umum terlibat adalah bakteri
nosokomial yang resisten terhadap antibiotika yang beredar di rumah
sakit.Biasanya adalah bakteri enterik golongan gram negatif batang seperti E.coli,
Klebsiella sp, Proteus sp. Pada pasien yang sudah lebih dulumendapat terapi
cefalosporin generasi ke-tiga, biasanya dijumpaibakteri enterik yang lebih
bandel seperti Citrobacter sp., Serratia sp.,Enterobacter sp, Pseudomonas
aeruginosa merupakan pathogenyang kurang umum dijumpai, namun
sering dijumpai pada pneumoniayang fulminan. Staphylococcus aureus khususnya
yang resisten terhadap methicilin seringkali dijumpai pada pasien yang dirawat
di ICU.
3.
Pneumonia Aspirasi
Merupakan pneumonia yang diakibatkan
aspirasi sekretoro pharyngeal dan cairan lambung. Pneumonia jenis ini biasa
didapatpada pasien dengan status mental terdepresi, maupun pasien
dengangangguan refleks menelan. Patogen yang menginfeksi padaCommunity Acquired
Aspiration Pneumoniae adalah kombinasi dariflora mulut dan flora saluran napas
atas, yakni meliputi Streptococci anaerob. Sedangkan pada Nosocomial
Aspiration Pneumoniae bakteriyang lazim dijumpai campuran antara Gram negatif
batang + S. aureus + anaerob
Pneumonia didiagnosis berdasarkan
tanda klinik dan gejala, hasil pemeriksaan laboratorium dan
mikrobiologis, evaluasi foto x-ray dada.Gambaran adanya infiltrate dari foto
x-ray merupakan standar yangmemastikan diagnosis. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkanadanya leukositosis dengan “shift to the left”.
Sedangkan evaluasi mikrobiologis
dilaksanakan dengan memeriksa kultur sputum (hati-hati menginterpretasikan
hasil kultur, karena ada kemungkinan terkontaminasidengan koloni saluran
pernapasan bagian atas). Pemeriksaan mikrobiologis lainnya yang lazim dipakai
adalah kultur darah, khususnya pada pasien dengan pneumonia yang fulminan,
serta pemeriksaan Gas Darah Arteri(Blood Gas Arterial) yang akan menentukan
keparahan dari pneumonia dan apakah perlu-tidaknya dirawat di ICU.
6.1.2. FAKTOR
RISIKO
•Usia tua atau
anak-anak
•Merokok
•Adanya penyakit
paru yang menyerta infeksi Saluran Pernapasan yang disebabkan oleh virus
•Splenektomi
(Pneumococcal Pneumonia)
•Obstruksi
Bronkhial
•Immunocompromise
atau mendapat obat Immunosupressiveseperti - kortikosteroid
•Perubahan
kesadaran (predisposisi untuk pneumonia aspirasi)
6.1.3.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dihasilkan
dari pneumonia antara lain atelektasis yang dapat terjadi
selama fase akut maupun resolusi (penyembuhan). Area yang
terinfeksi biasanya bersih dengan batuk dan nafas dalam,namun akan berubah
menjadi fibrotik bila atelektasi menetap untuk jangka waktu yang panjang. Abses
paru juga merupakan salah satu komplikasi pneumonia khususnya pada pneumonia
aspirasi. Selain itu efusi pleura juga dapat terjadi akibat perubahan permeabilitas selaput paru tersebut
(pleura). Infiltrasi bakteri ke dalam pleura menyebabkan infeksi sulit diatasi,
sehingga memerlukan bantuan aspirasi. Komplikasi berikutnya adalah bakterimia
akibat tidak teratasinya infeksi. Hal ini dapat terjadi pada
20-30% dari kasus.
6.2. RESISTENSI
Resistensi dijumpai pada pneumococcal
semakin meningkat sepuluh tahun terakhir, khususnya terhadap penicillin.
Meningkatnya resistensi terhadap penicillin juga diramalkan akan berdampak
terhadap meningkatnya resistensi terhadap beberapa kelas antibiotika seperti cefalosporin,
makrolida, tetrasiklin serta kotrimoksazol. Antibiotika yang kurang terpengaruh
terhadap resistensi tersebut adalah vankomisin, fluoroquinolon, klindamisin,
kloramfenikol dan rifampisin.
6.3. TERAPI
6.3.1. OUTCOME
Eradikasi
mikroorganisme penyebab pneumonia, penyembuhan klinis yang paripurna.
6.3.2. TERAPI
POKOK
Penatalaksanaan pneumonia yang disebabkan
oleh bakteri sama seperti infeksi pada umumnya yaitu dengan pemberian
antibiotika yang dimulai secara empiris dengan antibiotika spektrum luas sambil
menunggu hasil kultur. Setelah bakteri pathogen diketahui, antibiotikadiubah
menjadi antibiotika yang berspektrum sempit sesuai patogen.
Community-Acquired
Pneumonia (CAP)
Terapi CAP dapat dilaksanakan secara rawat
jalan. Namun pada kasus yang berat pasien dirawat di rumah sakit dan mendapat
antibiotika parenteral.Pilihan antibiotika yang disarankan pada pasien dewasa
adalah golongan makrolida atau doksisiklin atau fluoroquinolon terbaru.
Namun untuk dewasa muda yang berusia antara
17-40 tahun pilihan doksisiklin lebih dianjurkan karena mencakup mikroorganisme
atypical yang mungkin menginfeksi. Untuk bakteri Streptococcus pneumoniae yang
resisten terhadap penicillin direkomendasikan untuk terapi beralih ke derivate fluoroquinolon
terbaru. Sedangkan untuk CAP yang disebabkan oleh aspirasi cairan lambung
pilihan jatuh pada amoksisilin-klavulanat. Golongan makrolida yang dapat
dipilih mulai dari eritromisin, claritromisin serta azitromisin. Eritromisin
merupakan agen yang paling ekonomis, namun harus diberikan 4 kali sehari.
Azitromisin ditoleransi dengan
baik, efektif dan hanya diminum satu kali
sehari selama 5 hari, memberikan keuntungan bagi pasien. Sedangkan
klaritromisin merupakan alternatif lain bila pasien tidak dapat menggunakan
eritromisin, namun harus diberikan dua kali sehari selama 10-14 hari
Untuk terapi yang gagal dan tidak
disebabkan oleh masalah kepatuhan pasien, maka disarankan untuk memilih
antibiotika dengan spektrum yang lebih luas. Kegagalan terapi dimungkinkan oleh
bakteri yang resisten khususnya terhadap derivat penicillin, atau gagal
mengidentifikasi bakteri penyebab pneumonia. Sebagai contoh, pneumonia atypical
melibatkan Mycoplasma pneumonia yang tidak dapat dicakup oleh penicillin. Beberapa
pneumonia masih menunjukkan demam dan konsistensi gambaran x-ray dada karena
telah terkomplikasi oleh adanya efusi pleura, empyema ataupun abses paru yang
kesemuanya memerlukan penanganan infasif yaitu dengan aspirasi.
Pneumonia
Nosokomial
Pemilihan
antibiotika untuk pneumonia nosokomial memerlukankejelian, karena sangat
dipengaruhi pola resistensi antibiotika baik in vitro maupun in vivo di
rumah sakit. Sehingga antibiotika yang dapat digunakan tidak heran bila berbeda
antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lain. Namun secara umum antibiotika
yang dapat dipilih sesuai tabel 6.1.
6.3.3. TERAPI PENDUKUNG
Terapi pendukung
pada pneumonia meliputi
•Pemberian oksigen
yang dilembabkan pada pasien yangmenunjukkan tanda sesak, hipoksemia.
•Bronkhodilator
pada pasien dengan tanda bronkhospasme
•Fisioterapi dada
untuk membantu pengeluaran sputum
•Nutrisi
•Hidrasi yang
cukup, bila perlu secara parenteral
•Pemberian
antipiretik pada pasien dengan demam
•Nutrisi yang memadai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar