Appendisitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis dan
merupakan penyakit abdomen akut yang paling sering terjadi. Penyakit ini dapat
mengenai semua umur baik pria maupun wanita tetapi lebih sering menyerang pria
berusia 10-30 tahun. Appendisitis kronis dapat terjadi akibat serangan berulang
karena appendiks yang meradang tidak diangkat atau dioperasi (3)
Appendiks vermiformis merupakan sisa apeks sekum yang pada manusia
fungsinya tidak diketahui. Appendiks berupa tabung panjang, sempit dengan
ukuran sekitar 6-9 cm dimana pada appendiks ini terdapat arteria apendikularis
yang merupakan end-artery. Pada posisinya yang normal, apendiks terletak
pada dinding abdomen di bawah titik Mc. Burney. Titik Mc. Burney dicari dengan
menarik garis dari spina iliaka superior kanan ke umbilikus. Titik tengah garis
ini merupakan tempat pangkal apendiks (6)
2.1.Patofisiologi
Appendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks
oleh hiperplasia folikel limfoid, fekali, benda asing, striktur karena fibrosis
akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma. Ada dua hipotesa yang diajukan :
1.
Adanya kotoran (tinja),
biji-bijian lain yang terperangkap dalam lumen dan kemudian menimbulkan
keradangan (obstruksi apendikuler).
2.
Hematogen dari proses infeksi
di luar usus buntu (tampak serosa lebih merah dari mukosa)
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan, makin lama mukus tersebut makin banyak sedangkan
elastisitas apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan tekanan intra
lumen dan mengakibatkan hambatan aliran limfe sehingga terjadi edema dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut yang ditandai oleh nyeri
epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut tekanan akan terus meningkat dan
menyebabkan obstruksi vena karena edema bertambah dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan yang timbul akan meluas dan akan mengenai peritonium
setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut
dengan appendisitis supuratif perforasi.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
apendiks yang diikuti gangren, stadium ini disebut apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh itu pecah terjadi apendisitis perforasi. Bila semua
proses di atas berjalan lambat omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak
ke arah apendiks sehingga timbul suatu massa
fokal yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut akan
menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek, apendiks lebih panjang
dan dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan
tubuh yang masih kurang sehingga terjadi perforasi. Sedangkan pada orang tua
perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (1)
Gejala Klinik
Keluhan appendisitis biasanya berawal dari nyeri di daerah umbilikus
atau peri umbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan
beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperbesar bila berjalan
atau batuk. Terdapat juga keluhan
anoreksia dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya terdapat konstipasi
tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang
menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin
progresif dan dengan pemeriksaan yang teliti dapat ditunjukkan satu titik
dengan nyeri maksimal. Nyeri lepas dan spasme biasanya juga timbul.
2.4. Pemeriksaan penunjang
1.
Terjadi leukosit ringan
(10000-20000/ml)
2.
Peningkatan neutrofil
3.
Pemeriksaan urine
Dilakukan untuk membedakan dengan kelainan
pada ginjal dan saluran kemih.
4.
Foto polos abdomen menunjukkan
adanya udara di daerah sekumi dan ilium distal (tidak mutlak dibuat kecuali
untuk menyingkirkan kelainan pada ureter)
2.5. Diagnosa Banding (3,4)
1.
Golongan Gastro-Enteris
Gejala-gejala :
Ø Sering mual dan muntah kemudian diikuti dengan rasa sakit.
Sebaliknya pada appendisitis dimulai dari rasa sakit dan diikuti dengan mual
dan muntah.
Ø Demam dan leukosit akan meningkat jelas tidak sesuai dengan nyeri
perut yang timbul.
Ø Lokasi yang nyeri tidak jelas dan berpindah-pindah.
Ø Hiperperistaltik.
Ø Biasanya berlangsung akut
Ø Limfadenisitis mesentrikum (jarang dan biasanya dijumpai pada
anak-anak dan dewasa muda). Appendisitis mesentrikum ditandai dengan gejala :
a.
Diawali dengan infeksi saluran
nafas.
b.
Lokasi nyeri di perut kanan
bawah tidak konstan dan menetap.
c.
Sering menyerang anak-anak.
Ø Entero-kolitis (biasanya kronis)
Ø Illeitis terminalis (radiologis menunjukkan sarang lebah).
2.
Kelainan organ-organ pelvis
vagina.
Ø Pecahnya folikel ovarium yang terjadi pada pertengahan siklus
menstruasi.
Ø Keradangan salfingitis, lokasi nyeri lebih rendah.
Ø Torsi kista ovarium.
Ø Kehamilan diluar kandungan, amenorrhoe, cairan bebas dalam rongga
peritoneum dan anemia.
3.
Kelainan saluran air kemih.
Ø Batu ginjal/ureter. Nyeri berypa kholik, terutama di daerah pinggang.
Sedimen urine menunjukkan kelainan dan pada BOF sering terdapat batu radiopag.
Ø Pielonefritis, dengan gejala sepsis dan adanya piuria.
4.
Kelainan lain dalam abdomen
Ø Tukak peptik
Ø Kolesistitis
Ø Pankreatitis
Ø Diverkulitis
Ø Perforasi karsinoma kolon.
5.
Penyakit-penyakit di luar
abdomen.
Ø Pneumonia
Ø Pleuritis
Ø Infark miokard.
2.6.Komplikasi (3,4)
1.
Mempunyai kecendrungan menjadi
progresif dan mengalami perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam
pertama, observasi aman dilakukan dalam masa tersebut.
Tanda-tanda perforasi :
v Nyeri meningkat.
v Spasme otot dinding perut kuadran kanan bawah dengan tanda
peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi.
v Demam dan leukositosis makin jelas.
2.
Terbentuk abses apendik, akan
teraba di kanan bawah yang cenderung menggelembung ke arah rektum atau vagina.
Appendiktomi dapat dilakukan 6-12 minggu kemudian setelah abses dihilangkan.
3.
Tromboflebitis sukuratif
(merupakan komplikasi letal). Hal ini harus dicurigai bila ditemukan demam
sepsis menggigil, hepatomegali dan ikterus setelah terjadi perforasi appendik.
(1,2)
2.7. Penatalaksanaan
1.
Sebelum operasi
a.
Observasi.
Dalam 8 sampai 12 jam setelah timbulnya
keluhan, tanda dan gejala seringkali belum jelas sehingga perlu observasi,
disini pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Pemeriksaan
abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah diulang secara periodik.
b.Infus larutan garam fisiologis atau ringer
laktat.
c.Pemberian antibiotik profilaksis bedah
sebelum tindakan appendiktomi dilakukan yaitu ampisilin 1 g IV dan metronidazol
1 g suppositoria, diberikan setelah induksi anestesi dilakukan (sekitar 1 jam
pra bedah)
2.
Operasi Appendiktomi
3.
Pasca operasi
ü Infus diteruskan dalam 24 jam sampai makan per oral dapat dimulai.
ü Bila BU (bising usus) mulai terdengar dapat minum sedikit-sedikit (3
sendok makan per jam).
ü Pada appendisitis akut tanpa mengalami penyulit, cukup diberikan
antibiotik profilaksis Ampisilin 1 g dan Metronidazol 1g supos waktu pre
medikasi. Bila sudah mengalami penyulit septik (seperti perforasi, abses)
diberikan antibiotik terapeutik yaitu :
·
Ampisilin 2 x 1 g IV
·
Metronidazol 3 x 0,5 g IV atau
sefalosporin generasi III 3 x 1 g IV dengan metronidazol 3 x 0,5 g IV.
ü Penatalaksanaan gawat darurat non operasi.(1,2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar