Teratologi
Teratologi
merupakan cabang dari ilmu embriologi yang khusus mempelajari tentang akibat,
mekanisme dan manifestasi embrionik yang cacat (abnormal). Bentuk embriotoksik
ini ditentukan oleh jenis senyawa, dosis dan waktu penggunaannya selama
kehamilan. Selain senyawa kimia, faktor lain yang menimbulkan teratogen adalah
kekurangan gizi, radiasi kimia, infeksi virus, hipervitamin, ketidakseimbangan
hormonal, genetik dan berbagai kondisi stres (Harbinson, 2001).
2.7.1 Mekanisme
Teratogen
Mekanisme
terjadinya efek teratogenik akibat obat-obat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Mekanisme kerja teratogen adalah sebagai berikut (Harbinson, 2001)
1. Pemecahan kromosom
Pemecahan kromosom dapat menyebabkan defisiensi atau
penataulangan kromosom. Aberasi
kromosom dapat disebabkan oleh virus, radiasi atau senyawa kimia. Defisiensi kromosom biasanya bersifat letal terhadap sel
atau organisme dan kelebihan kromosom juga akan merusak sel.
2. Mutasi
Merupakan dasar cacat perkembangan yang merupakan
perubahan urutan nukleotida pada DNA. Informasi yang dikode pada DNA akan
disalin dengan salah ke RNA dan protein. Bila berefek pada sel somatik maka tidak akan bersifat turunan. Mutasi sel
somatik pada awal sel embrionik dapat mempengaruhi sel yang sedang berkembang,
menyebabkan cacat struktur dan fungsi. Mutasi dapat disebabkan radiasi, zat
kimia, senyawa pengalkilasi dan faktor lain yang menyebabkan pemecahan
kromosom.
3. Gangguan mitosis
Gangguan mitosis disebabkan senyawa sitotoksik yang
menghambat sintesa DNA sehingga memperlambat miosis. Benang mitosis gagal terbentuk akibat senyawa kimia yang
menggangu polimerasi tubulin kedalam kumparan mikrotubula. Tanpa kumparan
tersebut, kromosom tidak dapat memisah pada fase anafase. Kondisi ini dapat
terjadi karena pengaruh radiasi dosis tinggi atau senyawa radiometrik.
4. Kurang
prekusor dan substrat untuk biosintesa
Biosintesa akan berubah karena kurangnya zat makanan
tertentu. Adanya analog vitamin, asam amino tertentu, dan pirimidin dapat
menyebabkan metabolit yang tidak normal dalam biosintesa.
5. Mengubah integritas asam nukleat atau fungsinya
Hal ini dapat terjadi akibat penggunaan antibiotik dan
antineoplasma. Senyawa ini dapat mengganggu replikasi, transkripsi dan
translasi RNA. Gangguan translasi RNA dan sintesis protein merupakan mekanisme
teratogenitas senyawa sitotoksis. Senyawa yang dapat mengganggu sintesa protein
umumnya bersifat embriosida tapi dapat bersifat teratogenik.
6. Suplai energi
Terganggunya suplai energi seperti kekurangan sumber
glukosa dapat mengganggu perkembangan fetus. Gangguan glikolisis oleh senyawa
iodo asetat dapat mengurangi penghasilan energi dan dapat menyebabkan kelainan
pada fetus dan kurangnya riboflavin dapat menyebabkan teratogenitas.
7. Perubahan
sifat membran
Perubahan sifat membran dapat menyebabkan
ketidakseimbangan osmolar. Hipervitaminosis
A dapat merusak membran seluler pada embrio rodensia.
8. Fungsi enzimatis
Fungsi enzimatis ini penting untuk pertumbuhan dan
diferensiasi. Antagonis asam folat akan menghambat dehidrofolat reduktase dan
bersifat teratogenik. Asetazolamid menghambat karbonik anhidrase dan akan
mempengaruhi perkembangan fetus. Senyawa-senyawa teratogenik ini menghambat
enzim dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fetus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar